Saturday, 24 November 2012

Hujan - Belajar - Motivasi

Saya senang dengan cuaca pagi ini. Cukup cerah dan hangat menemani perjalanan ke bandara pagi ini untuk menjemput mama, ibu saya. Hari ini mama akan datang ke Jakarta untuk urusan kantor di Kantor Pusat. Jalan tol yang basah kembali dihangatkan oleh matahari setelah semalaman diguyur hujan. Hijau, biru, hangat, cerah.. Setidaknya cuaca ini bisa dinikmati beberapa jam sebelum hujan kembali bertamu..

Sejak pertengahan November 2012, Jakarta kembali dikunjungi oleh musim hujan.
Disatu sisi, hujan cukup menyenangkan karena bisa mengurangi panasnya suhu ibukota yang semakin menjadi-jadi selama musim kemarau tahun ini. Hujan pun bisa mengisi kembali kantong-kantong air tanah yang terus terkuras oleh pemukiman, perhotelan dan aktivitas manusia lainnya.
Tapi disisi lain, hujan juga membawa kerepotan tersendiri. Repot buat pemukiman yang langganan banjir di musim penghujan. Repot karena stamina tubuh harus selalu terjaga jika ngga mau sakit. Repot bagi pengendara motor yang beresiko kehujanan saat terjebak macet.

Repot yang terakhir inilah yang membuat saya sudah 2 kali gagal ke kampus untuk kuliah dan kayanya berpeluang untuk terus bertambah karena musim hujan baru saja dimulai. Repot yang membuat saya harus was-was karena UAS sudah semakin dekat. Sebenarnya bukan karena saya bersifat kuliah-holic, tapi karena pengalaman membuktikan selama saya berkuliah di kampus kuning, baca buku dan catatan saja tidak cukup untuk dijadikan modal menghadapi ujian.  Materi yang disampaikan dosen di kelas merupakan menu utama yang tidak boleh dilewatkan untuk disantap. Situasi ini semakin dipersulit dengan beberapa kali saya harus bolos kuliah karena kegiatan kantor. Luckily, beberapa teman di kelas cukup aktif untuk merekam jalannya perkuliahan dengan voice recorder. Luckily lagi, salah satu dari mereka adalah si boru Juntak :) Jadi peluang saya untuk mengikuti kuliah yang saya lewatkan masih terbuka lebar. Saya hanya perlu memupuk niat untuk mendengarkan rekaman-rekaman kuliah itu. Fyuuh.. :)
Buku kuliah pun selalu ikut serta setiap kali dinas ke luar kota. Salah satu cara untuk tetap keep in touch dengan kuliah.

Motivasi saya bukanlah semata-mata untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Saya hanya berusaha untuk menghormati mereka di luar sana yang tidak bisa menikmati bangku pendidikan.
Memang terdengar melankolis dan hampir lebay, but that's the truth.
Sejauh itulah pemaknaan saya ketika memandang pendidikan. Banyak orang yang sangat merindukan kesempatan bersekolah, berkuliah, menikmati beasiswa tapi harus terhalang oleh berbagai kondisi.
Bagi mereka, pendidikan adalah barang mahal yang tidak akan mungkin terjangkau. Jadi, berdosalah saya jika menyia-nyiakan kesempatan yang saya miliki untuk bersekolah. Seperti kata orang tua kepada anaknya ketika tidak menghabiskan makanan: "Nak, ayo dihabisin, di luar sana masih banyak yang ngga bisa makan looh!!"

Itulah mengapa saya selalu berusaha untuk maksimal ketika menjalani tahapan pendidikan dalam bentuk dan level apapun. Kalau bisa 10 kenapa harus 9. Kalau bisa 100 kenapa harus 99. Maksimal adalah harga mati, sebagai bentuk penghormatan setinggi-tingginya kepada mereka yang masih bermimpi untuk menikmati pendidikan. Harapan saya, dengan maksimal berkuliah, mudah-mudahan suatu hari nanti saya bisa membuka kesempatan belajar bagi mereka yang tidak bisa bersekolah.
Saat ini saya menikmati harapan mereka, suatu hari nanti saya akan membawa harapan itu kepada mereka.
Amiiin!!

Saya suka cuaca pagi ini, benar-benar memberikan semangat baru. Hujan boleh saja turun sederas-derasnya, tapi pelangi dan sinar matahari selalu bersiap untuk menyongsong.
UAS segera tiba, saatnya belajar keras, belajar cerdas. :))

No comments:

Post a Comment