Karena mimpi, mobil ada..
Karena mimpi, manusia bisa terbang dengan pesawat..
Karena mimpi, manusia sampai ke bulan..
Jadi.. Haruskah mimpi dipadamkan hanya karena terlalu tinggi atau mustahil?? :)
Ini adalah postingan saya di facebook beberapa minggu yang lalu dan kayanya menarik untuk mengembangkannya di blog.
Setelah bertemu dan berkomunikasi dengan banyak orang yang saya temui dalam kehidupan sehari-hari, ada satu pola menarik tentang bagaimana manusia memandang cita-cita atau mimpi. Saya ngga tahu apakah pola ini memang berlaku universal, tapi paling tidak pola inilah yang saya temukan.
Menggunakan istilah statistik, pola rata-rata ini merupakan hasil regresi dari pola-pola individu yang saya temui.
Pattern itu adalah:
Ketika kecil, manusia cenderung akan bermimpi yang tinggi. Dia ingin menjadi apapun yang dalam pandangannya menarik, dan yang menarik itu kebanyakan adalah sesuatu yang sangat hebat.
Saat beranjak dewasa dan berada dalam dunia pendidikan, cita-cita atau mimpi tersebut mulai mengalami penyesuaian dengan faktor "realistis". Si manusia "remaja atau ABG" mulai menghitung-hitung kemampuannya dalam mencapai mimpinya.
Tahap terakhir adalah ketika orang tersebut masuk dalam dunia pekerjaan, entah sebagai pegawai atau sebagai pemberi kerja. Sampai pada tahapan ini manusia akan semakin lebih realistis dari sebelumnya. Sering yang terjadi justru adalah kemunduran mimpi. Manusia akan mulai meng-adjust mimpinya, menurunkan levelnya atau bahkan mematikan mimpinya sama sekali.
Kesimpulannya, semakin beranjak dewasa, semakin banyak mimpi yang dikubur, diubah, atau diturunkan kualitas dan kuantitasnya.
Selain regresi, dalam dunia statistik dikenal pula istilah distribusi normal. Distribusi normal memberikan informasi mengenai bagaimana pola rata-rata dari sebuah data statistik maupun bagaimana sebaran data statistik dari nilai rata-ratanya. Di bagian kiri dan kanan distribusi normal, seringkali ditemukan outlier. Outlier adalah data yang memiliki pola berbeda dari distribusi normal, saking ekstremnya seringkali outlier ini harus dibuang ketika melakukan pengolahan data.
Pola tentang cita-cita dan mimpi diatas dapat diibaratkan sebagai distribusi normalnya cita-cita bagi kebanyakan orang. Banyak faktor yang pada akhirnya bisa membuat seseorang untuk tidak lagi mau bermimpi tinggi. Faktor realistis sudah disebutkan sebelumnya. Dalam kedewasaannya manusia akan cenderung realistis ketika memandang cita-citanya. Manusia akan mulai menakar kemampuannya, kecerdasannya, potensinya, talentanya, bahkan kekurangannya ketika dia menetapkan apa yang akan dia capai dalam hidupnya. Berbagai masalah dan tantangan kehidupan seperti, permasalahan keluarga, permasalahan di tempat kerja, kondisi kesehatan, faktor orang-orang terdekat, keuangan, dll akan sangat mempengaruhi seseorang untuk memutuskan apakah akan menetapkan mimpi yang lebih tinggi atau menurunkan "ketinggian" mimpinya sehingga lebih mudah untuk dicapai.
Beruntungnya ada segelintir orang yang merupakan outlier dari distribusi normal cita-cita atau mimpi tersebut. Orang-orang inilah yang boleh dibilang sangat ekstrem positif dalam usahanya menggapai cita-citanya. Bagi mereka cita-cita harus ditetapkan setinggi mungkin, bahkan akan lebih baik jika cita-cita tersebut adalah sebuah mimpi. Sesuatu yang bisa sangat berbeda dari kenyataan. Sesuatu yang mungkin menurut kebanyakan orang tidak mungkin, tapi bagi mereka itu adalah hal yang realistis.
Kelompok inilah yang memungkinkan mobil untuk ditemukan.
Kelompok inilah yang memungkinkan manusia untuk terbang dengan pesawat.
Kelompok inilah yang memungkinkan Bulan dapat dikunjungi.
Kelompok inilah yang memungkinkan manusia untuk dapat menikmati listrik dan cahaya.
Kelompok inilah yang memiliki kemampuan untuk mengubah sesuatu yang mungkin menjadi mungkin.
Kelompok pantang menyerah, yang oleh rekan-rekannya disebut inventor atau penemu.
Bagi mereka selama orang mau berusaha, bekerja keras, terus belajar dan pantang menyerah...maka..
Dunia adalah batas laboratorium eksperimen untuk menelurkan karya-karya cemerlang.
Langit adalah ukuran tetinggi untuk menempatkan impian dan cita-cita mereka.
Pantang menyerah adalah api yang mampu membakar setiap penghalang yang menghalangi mereka untuk mencapai impian mereka.
Tantangan adalah bahan bakar bagi mesin kreativitas mereka untuk mencari jalan keluar untuk terus melaju kedepan.
Kegagalan adalah hasil percobaan yang masih harus disempurnakan untuk mencapai keberhasilan.
Menyerah hampir tidak pernah ada dalam kamus kehidupan mereka.
Sekali mimpi ditetapkan, maka mereka tidak akan pernah berhenti sebelum mencapai mimpi itu atau mencapai mimpi yang lain yang sama kualitasnya.
Pernahkah kita bayangkan apa yang terjadi jika manusia-manusia hebat itu mematikan mimpinya? Apa yang terjadi jika mereka menyerah di tengah jalan?
Apa yang terjadi jika mereka tidak mau bermimpi?
Saya ngga tahu apa yang menjadi cita-cita dan mimpi readers saat ini. Sekecil apapun mimpi itu, mimpi itu tetap layak untuk dikejar, tetap layak untuk diperjuangkan.
Penemu mur dan baut mungkin tidak pernah menyangka bahwa temuannya akan membantu:
Penemu mobil untuk meningkatkan efisiensi manusia dalam bertransportasi, dan membuka jalan bagi penemuan-penemuan mobil hebat lainnya yang sangat bermanfaat bagi manusia.
Penemu pesawat terbang untuk membuka kesempatan bagi transportasi udara bagi manusia, dan membuka jalan bagi penemuan pesawat-pesawat super canggih.
Penemu pesawat ulang alik yang memungkinkan manusia untuk menjelajahi luar angkasa dan membantu manusia untuk menyingkap tabir tentang tata surya.
Memang akan ada banyak tantangan dan halangan yang kita hadapi untuk menggapai sebuah mimpi, tapi untuk setiap kesulitan pasti ada jalan keluar. Pertanyaannya adalah seberapa keras usaha kita untuk mencari jalan keluar itu? Seberapa besar kita menyadari bahwa mimpi kita mungkin akan memberikan manfaat buat orang lain di sekitar kita?
Jadi bermimpilah setinggi mungkin, dan kejarlah mimpi itu seolah-olah kehidupan umat manusia bergantung pada realisasi mimpi itu dan lihatlah apa yang terjadi.... (",)
Ada satu prinsip hidup yang selalu saya pegang dan ingin saya bagikan disini. Prinsip ini selalu berfungsi sebagai cambuk yang memberikan dorongan energi luar biasa setiap kali "malas-malasan melanda" atau ketika "pikiran realistis" itu hadir.
Kalau ada orang lain yang bisa melakukan sesuatu hal yang ingin saya lakukan,
maka saya juga pasti bisa melakukannya
Kalau hanya ada satu orang yang bisa melakukan sesuatu hal tersebut,
maka saya juga pasti bisa melakukannya
Kalau tidak ada orang yang bisa melakukan sesuatu hal itu,
maka saya juga pasti bisa melakukannya
Perbedaannya hanyalah pada berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk bisa melakukan hal itu
Dare to dream.. Dare to reach..
Setelah bertemu dan berkomunikasi dengan banyak orang yang saya temui dalam kehidupan sehari-hari, ada satu pola menarik tentang bagaimana manusia memandang cita-cita atau mimpi. Saya ngga tahu apakah pola ini memang berlaku universal, tapi paling tidak pola inilah yang saya temukan.
Menggunakan istilah statistik, pola rata-rata ini merupakan hasil regresi dari pola-pola individu yang saya temui.
Pattern itu adalah:
Ketika kecil, manusia cenderung akan bermimpi yang tinggi. Dia ingin menjadi apapun yang dalam pandangannya menarik, dan yang menarik itu kebanyakan adalah sesuatu yang sangat hebat.
Saat beranjak dewasa dan berada dalam dunia pendidikan, cita-cita atau mimpi tersebut mulai mengalami penyesuaian dengan faktor "realistis". Si manusia "remaja atau ABG" mulai menghitung-hitung kemampuannya dalam mencapai mimpinya.
Tahap terakhir adalah ketika orang tersebut masuk dalam dunia pekerjaan, entah sebagai pegawai atau sebagai pemberi kerja. Sampai pada tahapan ini manusia akan semakin lebih realistis dari sebelumnya. Sering yang terjadi justru adalah kemunduran mimpi. Manusia akan mulai meng-adjust mimpinya, menurunkan levelnya atau bahkan mematikan mimpinya sama sekali.
Kesimpulannya, semakin beranjak dewasa, semakin banyak mimpi yang dikubur, diubah, atau diturunkan kualitas dan kuantitasnya.
Selain regresi, dalam dunia statistik dikenal pula istilah distribusi normal. Distribusi normal memberikan informasi mengenai bagaimana pola rata-rata dari sebuah data statistik maupun bagaimana sebaran data statistik dari nilai rata-ratanya. Di bagian kiri dan kanan distribusi normal, seringkali ditemukan outlier. Outlier adalah data yang memiliki pola berbeda dari distribusi normal, saking ekstremnya seringkali outlier ini harus dibuang ketika melakukan pengolahan data.
Pola tentang cita-cita dan mimpi diatas dapat diibaratkan sebagai distribusi normalnya cita-cita bagi kebanyakan orang. Banyak faktor yang pada akhirnya bisa membuat seseorang untuk tidak lagi mau bermimpi tinggi. Faktor realistis sudah disebutkan sebelumnya. Dalam kedewasaannya manusia akan cenderung realistis ketika memandang cita-citanya. Manusia akan mulai menakar kemampuannya, kecerdasannya, potensinya, talentanya, bahkan kekurangannya ketika dia menetapkan apa yang akan dia capai dalam hidupnya. Berbagai masalah dan tantangan kehidupan seperti, permasalahan keluarga, permasalahan di tempat kerja, kondisi kesehatan, faktor orang-orang terdekat, keuangan, dll akan sangat mempengaruhi seseorang untuk memutuskan apakah akan menetapkan mimpi yang lebih tinggi atau menurunkan "ketinggian" mimpinya sehingga lebih mudah untuk dicapai.
Beruntungnya ada segelintir orang yang merupakan outlier dari distribusi normal cita-cita atau mimpi tersebut. Orang-orang inilah yang boleh dibilang sangat ekstrem positif dalam usahanya menggapai cita-citanya. Bagi mereka cita-cita harus ditetapkan setinggi mungkin, bahkan akan lebih baik jika cita-cita tersebut adalah sebuah mimpi. Sesuatu yang bisa sangat berbeda dari kenyataan. Sesuatu yang mungkin menurut kebanyakan orang tidak mungkin, tapi bagi mereka itu adalah hal yang realistis.
Kelompok inilah yang memungkinkan mobil untuk ditemukan.
Kelompok inilah yang memungkinkan manusia untuk terbang dengan pesawat.
Kelompok inilah yang memungkinkan Bulan dapat dikunjungi.
Kelompok inilah yang memungkinkan manusia untuk dapat menikmati listrik dan cahaya.
Kelompok inilah yang memiliki kemampuan untuk mengubah sesuatu yang mungkin menjadi mungkin.
Kelompok pantang menyerah, yang oleh rekan-rekannya disebut inventor atau penemu.
Bagi mereka selama orang mau berusaha, bekerja keras, terus belajar dan pantang menyerah...maka..
Dunia adalah batas laboratorium eksperimen untuk menelurkan karya-karya cemerlang.
Langit adalah ukuran tetinggi untuk menempatkan impian dan cita-cita mereka.
Pantang menyerah adalah api yang mampu membakar setiap penghalang yang menghalangi mereka untuk mencapai impian mereka.
Tantangan adalah bahan bakar bagi mesin kreativitas mereka untuk mencari jalan keluar untuk terus melaju kedepan.
Kegagalan adalah hasil percobaan yang masih harus disempurnakan untuk mencapai keberhasilan.
Menyerah hampir tidak pernah ada dalam kamus kehidupan mereka.
Sekali mimpi ditetapkan, maka mereka tidak akan pernah berhenti sebelum mencapai mimpi itu atau mencapai mimpi yang lain yang sama kualitasnya.
Pernahkah kita bayangkan apa yang terjadi jika manusia-manusia hebat itu mematikan mimpinya? Apa yang terjadi jika mereka menyerah di tengah jalan?
Apa yang terjadi jika mereka tidak mau bermimpi?
Saya ngga tahu apa yang menjadi cita-cita dan mimpi readers saat ini. Sekecil apapun mimpi itu, mimpi itu tetap layak untuk dikejar, tetap layak untuk diperjuangkan.
Penemu mur dan baut mungkin tidak pernah menyangka bahwa temuannya akan membantu:
Penemu mobil untuk meningkatkan efisiensi manusia dalam bertransportasi, dan membuka jalan bagi penemuan-penemuan mobil hebat lainnya yang sangat bermanfaat bagi manusia.
Penemu pesawat terbang untuk membuka kesempatan bagi transportasi udara bagi manusia, dan membuka jalan bagi penemuan pesawat-pesawat super canggih.
Penemu pesawat ulang alik yang memungkinkan manusia untuk menjelajahi luar angkasa dan membantu manusia untuk menyingkap tabir tentang tata surya.
Memang akan ada banyak tantangan dan halangan yang kita hadapi untuk menggapai sebuah mimpi, tapi untuk setiap kesulitan pasti ada jalan keluar. Pertanyaannya adalah seberapa keras usaha kita untuk mencari jalan keluar itu? Seberapa besar kita menyadari bahwa mimpi kita mungkin akan memberikan manfaat buat orang lain di sekitar kita?
Jadi bermimpilah setinggi mungkin, dan kejarlah mimpi itu seolah-olah kehidupan umat manusia bergantung pada realisasi mimpi itu dan lihatlah apa yang terjadi.... (",)
Ada satu prinsip hidup yang selalu saya pegang dan ingin saya bagikan disini. Prinsip ini selalu berfungsi sebagai cambuk yang memberikan dorongan energi luar biasa setiap kali "malas-malasan melanda" atau ketika "pikiran realistis" itu hadir.
Kalau ada orang lain yang bisa melakukan sesuatu hal yang ingin saya lakukan,
maka saya juga pasti bisa melakukannya
Kalau hanya ada satu orang yang bisa melakukan sesuatu hal tersebut,
maka saya juga pasti bisa melakukannya
Kalau tidak ada orang yang bisa melakukan sesuatu hal itu,
maka saya juga pasti bisa melakukannya
Perbedaannya hanyalah pada berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk bisa melakukan hal itu
Dare to dream.. Dare to reach..
No comments:
Post a Comment