Friday, 30 November 2012

Surat Dari Saturnus (diterjemahkan ke dalam bahasa Bumi)


DEWAN KOMITE AGEN SATURNUS


No : XXX/231/DKS-09/1124 
Saturnus, 05 Sablath 1124/ 28 November 2012

Kepada Yth.
Agen Saturnus 05
di Bumi

Dewan Komite Agen Saturnus (DKAS) telah melaksanakan Rapat Tahunan Komite pada tanggal 02 Sablath 1124 kalender Saturnus atau 25 November 2012 kalender Bumi. Salah satu agenda dalam rapat tersebut adalah Evaluasi Kinerja Agen Saturnus di Bumi. Hasil evaluasi memutuskan bahwa dari 5 Agen Saturnus yang bertugas di Bumi, 3 agen akan ditarik kembali ke Kantor Pusat di Saturnus sedangkan 2 agen lainnya akan tetap bertugas di Bumi. Keputusan untuk menarik ketiga agen tersebut didasarkan pada hasil evaluasi tahunan yang menunjukan bahwa kinerja agen-agen tersebut masih jauh dari kategori "COMPLETE" bahkan dapat dikategorikan kurang memuaskan. Pesawat LIGHTFAST akan mengirimkan 3 agen pengganti sekaligus menjemput agen yang ditarik pada tanggal 12 Sablath 1124 kalender Saturnus atau 5 Desember 2012 kalender Bumi.

Anda sebagai Agen Saturnus 05 meskipun tetap dipertahankan sebagai Agen Saturnus di Bumi, tetap memperoleh teguran dari DKS karena dianggap berpotensi tidak melaksanakan Rencana Pencapaian Misi yang telah ditetapkan.

Beberapa hasil evaluasi yang perlu anda perhatikan adalah sebagai berikut:
  1. Secara keseluruhan hasil evaluasi atas Agen Saturnus 05 menunjukan bahwa pelaksanaan misi di Bumi berjalan tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan bahkan cenderung lambat.
  1. Dari 3 misi yang diberikan, Misi 01 masih cukup sulit untuk memasuki tahapan pelaksanaan, Misi 02 hampir gagal dilaksanakan, Misi 03 sudah berjalan dengan baik namun harus disiplin dengan target waktu agar tidak mengalami kemunduran.
  1. Agen Saturnus 05 sering tidak fokus dalam pelaksanaan misi, lebih banyak menghabiskan waktu untuk misi-misi tambahan yang tidak menjadi prioritas. Rekomendasi DKAS atas temuan ini:
    1. Agen diharapkan dapat memprioritaskan kegiatan yang akan dilaksanakan dengan mendasarkan pertimbangan penetapan prioritas pada keterkaitannya dengan 3 misi utama.
    1. Agen disarankan untuk berhati-hati dalam memilih manusia Bumi sebagai rekan dalam melaksanakan misi. Jangan sampai memilih rekan yang justru kontraproduktif terhadap pencapaian misi. Manusia Bumi yang tidak loyal dan yang justru melemahkan serta mengganggu pencapaian misi sebaiknya tidak dilibatkan.
    2. Agen diwajibkan untuk tetap menjaga kedisiplinan pelaksanaan daftar kegiatan tahapan pencapaian misi.
    1. Agen disarankan untuk tetap menjaga kesehatan. Hasil evaluasi atas kondisi fisik       memberikan indikasi tidak adanya aktivitas olah otot yang rutin, adanya pola hidup tidak sehat yang akan berdampak pada kondisi performa fisik agen, serta adanya penurunan performa paru-paru yang tidak normal.
  1. Laporan periodik dari Agen Saturnus 05 agar tetap disampaikan kepada DKAS sesuai dengan tenggat waktu yang ditetapkan dalam Agent Act 119.

Demikian hasil evaluasi Rapat Tahunan DKAS yang dapat kami sampaikan, surat ini akan rusak dengan sendirinya dalam waktu 10 detik setelah selesai dibaca.


Ketua Dewan Komite Agen Saturnus

t.t.d

Brohdrgy Xythrov

Saturday, 24 November 2012

Hujan - Belajar - Motivasi

Saya senang dengan cuaca pagi ini. Cukup cerah dan hangat menemani perjalanan ke bandara pagi ini untuk menjemput mama, ibu saya. Hari ini mama akan datang ke Jakarta untuk urusan kantor di Kantor Pusat. Jalan tol yang basah kembali dihangatkan oleh matahari setelah semalaman diguyur hujan. Hijau, biru, hangat, cerah.. Setidaknya cuaca ini bisa dinikmati beberapa jam sebelum hujan kembali bertamu..

Sejak pertengahan November 2012, Jakarta kembali dikunjungi oleh musim hujan.
Disatu sisi, hujan cukup menyenangkan karena bisa mengurangi panasnya suhu ibukota yang semakin menjadi-jadi selama musim kemarau tahun ini. Hujan pun bisa mengisi kembali kantong-kantong air tanah yang terus terkuras oleh pemukiman, perhotelan dan aktivitas manusia lainnya.
Tapi disisi lain, hujan juga membawa kerepotan tersendiri. Repot buat pemukiman yang langganan banjir di musim penghujan. Repot karena stamina tubuh harus selalu terjaga jika ngga mau sakit. Repot bagi pengendara motor yang beresiko kehujanan saat terjebak macet.

Repot yang terakhir inilah yang membuat saya sudah 2 kali gagal ke kampus untuk kuliah dan kayanya berpeluang untuk terus bertambah karena musim hujan baru saja dimulai. Repot yang membuat saya harus was-was karena UAS sudah semakin dekat. Sebenarnya bukan karena saya bersifat kuliah-holic, tapi karena pengalaman membuktikan selama saya berkuliah di kampus kuning, baca buku dan catatan saja tidak cukup untuk dijadikan modal menghadapi ujian.  Materi yang disampaikan dosen di kelas merupakan menu utama yang tidak boleh dilewatkan untuk disantap. Situasi ini semakin dipersulit dengan beberapa kali saya harus bolos kuliah karena kegiatan kantor. Luckily, beberapa teman di kelas cukup aktif untuk merekam jalannya perkuliahan dengan voice recorder. Luckily lagi, salah satu dari mereka adalah si boru Juntak :) Jadi peluang saya untuk mengikuti kuliah yang saya lewatkan masih terbuka lebar. Saya hanya perlu memupuk niat untuk mendengarkan rekaman-rekaman kuliah itu. Fyuuh.. :)
Buku kuliah pun selalu ikut serta setiap kali dinas ke luar kota. Salah satu cara untuk tetap keep in touch dengan kuliah.

Motivasi saya bukanlah semata-mata untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Saya hanya berusaha untuk menghormati mereka di luar sana yang tidak bisa menikmati bangku pendidikan.
Memang terdengar melankolis dan hampir lebay, but that's the truth.
Sejauh itulah pemaknaan saya ketika memandang pendidikan. Banyak orang yang sangat merindukan kesempatan bersekolah, berkuliah, menikmati beasiswa tapi harus terhalang oleh berbagai kondisi.
Bagi mereka, pendidikan adalah barang mahal yang tidak akan mungkin terjangkau. Jadi, berdosalah saya jika menyia-nyiakan kesempatan yang saya miliki untuk bersekolah. Seperti kata orang tua kepada anaknya ketika tidak menghabiskan makanan: "Nak, ayo dihabisin, di luar sana masih banyak yang ngga bisa makan looh!!"

Itulah mengapa saya selalu berusaha untuk maksimal ketika menjalani tahapan pendidikan dalam bentuk dan level apapun. Kalau bisa 10 kenapa harus 9. Kalau bisa 100 kenapa harus 99. Maksimal adalah harga mati, sebagai bentuk penghormatan setinggi-tingginya kepada mereka yang masih bermimpi untuk menikmati pendidikan. Harapan saya, dengan maksimal berkuliah, mudah-mudahan suatu hari nanti saya bisa membuka kesempatan belajar bagi mereka yang tidak bisa bersekolah.
Saat ini saya menikmati harapan mereka, suatu hari nanti saya akan membawa harapan itu kepada mereka.
Amiiin!!

Saya suka cuaca pagi ini, benar-benar memberikan semangat baru. Hujan boleh saja turun sederas-derasnya, tapi pelangi dan sinar matahari selalu bersiap untuk menyongsong.
UAS segera tiba, saatnya belajar keras, belajar cerdas. :))

Friday, 23 November 2012

There's always "Good" in God's "Bad"

Saya sedang berada di Malang karena terlibat dalam panitia pelaksanaan rapat koordinasi nasional yang diselenggarakan oleh salah satu unit eselon II di kementerian tempat saya bekerja. Malam harinya ketika telah selesai semua kegiatan di hari itu, saya memutuskan untuk menghabiskan waktu di depan laptop untuk mempelajari beberapa materi kuliah yang sudah semakin jauh ketinggalan. Saya sangat sadar bahwa periode UAS sudah semakin mendekat. Setelah satu jam mengutak-atik materi pdf dan power point, pointer mouse pun saya arahkan ke icon google chrome untuk berpindah dari materi kuliah ke materi internet untuk mengusir kantuk. Sebuah keputusan yang membuat saya tidak pernah kembali lagi ke bahan kuliah karena tentunya nge-browsing memberikan penawaran yang lebih menarik.

Kegiatan browsing malam itu saya habiskan dengan membaca tulisan beberapa orang teman di blog mereka. Sampai akhirnya saya temukan sebuah tulisan yang cukup membuat saya terkaget-kaget. Seorang teman yang saya kenal sebagai seorang periang itu ternyata menyimpan sebuah cerita sedih di masa lalunya. Cerita yang bagi setiap perempuan, sangat tidak diinginkan untuk berada di dalam catatan kehidupannya. Intinya, teman saya ternyata telah kehilangan "mahkota" berharganya bahkan disaat dia belum tahu dan sadar bahwa dia memiliki mahkota yang sangat berharga sebagai seorang perempuan. Yang membuat saya kagum adalah keberaniannya untuk mengungkapkan hal itu kepada orang banyak melalui blognya. Tentunya ini bukan lah sebuah hal yang mudah bagi dirinya. Saya yakin ada pertentangan batin yang sudah berlangsung cukup lama di dalam dirinya sebelum akhirnya memutuskan untuk meng-upload cerita tersebut. Dalam blognya dia bercerita bahwa tujuannya untuk menceritakan peristiwa itu kepada dunia adalah untuk 1) menjadikan dia sebagai manusia yang bebas dan jujur akan dirinya kepada sekelilingnya dan 2) memberikan semangat kepada perempuan-perempuan di luar sana yang mungkin masih belum bisa menerima kondisi yang sama yang terjadi dalam kehidupan mereka. Sebuah tindakan berani dengan tujuan yang mulia.

Saya kemudian teringat kepada telepon dari salah seorang teman di hari keberangkatan saya ke Malang. Dia bingung untuk memutuskan apakah harus pulang ke kampung halamannya atau tidak. Kebingungannya dikarenakan dia tidak sanggup untuk bertemu dengan saudara perempuannya yang setelah sekian lama menghilang, ternyata telah kembali ke rumah dalam keadaan berbadan dua. Pacarnya tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Sebagai seorang kakak, teman saya tidak bisa menerima keadaan itu. Adiknya dianggap telah mempermalukan nama baik keluarga. Dia lebih baik tidak bertemu dengan adiknya daripada harus melampiaskan emosinya saat mereka bertemu nanti. Saya pun memberikan pertimbangan, 

"Mungkin dia sudah berlaku salah, tapi saat ini siapa lagi yang bisa menerima dan membantu adikmu selain kalian, orang tua dan saudara kandungnya?Pulanglah, marahlah jika memang harus marah, tapi setelah itu terimalah dia sebagai manusia yang layak untuk ditolong dan ditunjukan kembali jalan yang benar". 

Sampai saat ini saya belum tahu apakah dia memutuskan untuk pulang kampung atau tidak. Tapi setidaknya, saya sudah melakukan apa yang harus saya lakukan sebagai seorang teman.

Selama 4 tahun terakhir, adik perempuan saya menderita penyakit yang bahkan sampai saat ini belum dapat disembuhkan. Bahkan nama dan bentuk penyakit itu pun belum dapat diputuskan oleh berbagai dokter spesialis. Penyakit yang telah merenggut mahkota perempuannya (rambut), masa depannya, kepercayaan dirinya, semangatnya, dan keceriaannya. Sebagai seorang kakak yang tidak tega melihat apa yang dialami oleh adiknya, beberapa kali saya protes keras sama Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan seorang anak perempuan yang baru beranjak dewasa menanggung beban yang begitu berat? Bahkan saya yang sempat beberapa bulan melihat dia menanggung sakitnya, bisa saya katakan itu terlalu berat untuk adik saya. Sebuah proses yang cukup panjang sampai akhirnya kami sekeluarga bisa menerima bahwa bagian terbaik yang bisa kami lakukan hanyalah menerima ini sebagai bagian dari rencana Tuhan dalam kehidupan dia.

Ketiga cerita diatas tentunya hanyalah sedikit dari berbagai masalah dan tantangan kehidupan yang dihadapi setiap orang. Dan saya pun menyadari bahwa di luar sana ada begitu banyak orang yang tidak bisa menerima kondisi kehidupan yang dia jalani, tidak bisa menerima kehidupan masa lalunya atau bahkan tidak bisa menerima apa yang sedang dia alami sekarang. Tidak hanya itu, bahkan mungkin ada orang-orang yang tidak bisa menerima orang-orang disekitar mereka karena kondisi kehidupan mereka, masa lalunya, kesalahannya, sifatnya, dll.

Kalau ada orang yang patut disalahkan atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita, Tuhan-lah yang patut disalahkan. Karena atas perkenanan Dia-lah semua itu terjadi. Manusia dan situasi hanyalah alat dan alasan supaya kondisi itu dapat terjadi. Tapi apakah Tuhan pantas untuk disalahkan? Bukankah Tuhan yang paling tahu yang terbaik buat ciptaan-Nya? dan bukankah segala sesuatu yang Tuhan ijinkan terjadi pasti untuk tujuan yang baik? :)
Jadi untuk apa kita terjebak dalam mencari-cari siapa yang salah kalau yang "salah" pada dasarnya tidak dapat dipersalahkan? :)
Untuk apa terkungkung di dalam masa lalu, jika Tuhan pasti menyediakan jalan keluar dan masa depan yang lebih baik? :)

Seburuk apapun keadaan kehidupan kita saat ini, seburuk apapun cerita masa lalu yang kita miliki, percayalah bahwa ada tujuan baik dibalik segala sesuatu yang buruk itu. Terimalah hal tersebut sebagai sesuatu yang "baik" dari Tuhan dan berusahalah untuk mencari maksud baik yang Tuhan tetapkan ketika dia mengijinkan masalah dan tantangan itu terjadi.

Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Jadi jangan pernah memandang orang yang "bermasalah atau bersalah" sebagai makhluk yang tidak dapat diterima dalam kehidupan keluarganya atau kehidupan sosialnya. Bantulah mereka untuk dapat bangkit dari keterpurukan mereka dengan segala daya dan upaya yang dapat kita lakukan. Siapa tahu, justru kitalah yang akan menjadi jawaban atas permasalahan yang sedang mereka alami. Lagipula siapa yang bisa menjamin bahwa kita tidak akan pernah berada di posisi mereka sekarang?

Permohonan maaf saya sampaikan kepada kedua orang teman yang ceritanya saya jadikan sebagai bahan tulisan ini. Sama sekali tidak ada niat untuk menceritakan "keburukan" orang lain. Tujuan utama saya hanyalah untuk berbagi dengan mereka yang membaca tulisan ini agar lebih positif dalam memandang kehidupan yang mungkin dalam pandangan mereka "terlalu keras". Saya pun tidak bermaksud untuk menggurui, karena selama masih hidup maka manusia akan selalu berada dalam proses belajar untuk menjadi yang lebih baik.

Tuhan selalu punya cara untuk mendidik dan membentuk umatnya, kadang mata dan hati manusia yang terlalu kecil untuk melihat rencana-Nya yang besar.

Tuesday, 20 November 2012

Story of Two Fishes

This morning, the sun told me a fairytale titled Two Fishes.

A long time ago, there were two fishes.
One with the "cross" and one with "the head of arrow".
They met in the ocean of faith.

The cross one: "I have faith on left"
The head of arrow one: "Right is my faith"

But the fact is they move straight forward.

Day by day, week by week, time passed away..

Summer, winter, spring and autumn, all together had shown that:
They are alike but different
They are head and tail not fish and fish
They are one not two

Then came a big ship, offered an interesting bait on the fishhook

The cross one: "I will take it, I have to go. My faith is coming"
The head of arrow one: "But you may refuse"
The cross one: "I can not"
The head of arrow one: "As you wished, go left"

As the cross followed the hook to the left, the head of arrow could not move neither right nor straight.
Half can not swim better than one, right??

Then...
Sound from a box woke me up, fyuuh... What a dream :)

PS: dream will never last longer, started by moon ended by sun. Let it go!

Friday, 16 November 2012

Dare to Dream.. Dare to Reach

Karena mimpi, mobil ada..
Karena mimpi, manusia bisa terbang dengan pesawat..
Karena mimpi, manusia sampai ke bulan..
Jadi.. Haruskah mimpi dipadamkan hanya karena terlalu tinggi atau mustahil?? :)

Ini adalah postingan saya di facebook beberapa minggu yang lalu dan kayanya menarik untuk mengembangkannya di blog.

Setelah bertemu dan berkomunikasi dengan banyak orang yang saya temui dalam kehidupan sehari-hari, ada satu pola menarik tentang bagaimana manusia memandang cita-cita atau mimpi. Saya ngga tahu apakah pola ini memang berlaku universal, tapi paling tidak pola inilah yang saya temukan.
Menggunakan istilah statistik, pola rata-rata ini merupakan hasil regresi dari pola-pola individu yang saya temui.

Pattern itu adalah:
Ketika kecil, manusia cenderung akan bermimpi yang tinggi. Dia ingin menjadi apapun yang dalam pandangannya menarik, dan yang menarik itu kebanyakan adalah sesuatu yang sangat hebat.
Saat beranjak dewasa dan berada dalam dunia pendidikan, cita-cita atau mimpi tersebut mulai mengalami penyesuaian dengan faktor "realistis". Si manusia "remaja atau ABG" mulai menghitung-hitung kemampuannya dalam mencapai mimpinya.
Tahap terakhir adalah ketika orang tersebut masuk dalam dunia pekerjaan, entah sebagai pegawai atau sebagai pemberi kerja. Sampai pada tahapan ini manusia akan semakin lebih realistis dari sebelumnya. Sering yang terjadi justru adalah kemunduran mimpi. Manusia akan mulai meng-adjust mimpinya, menurunkan levelnya atau bahkan mematikan mimpinya sama sekali.
Kesimpulannya, semakin beranjak dewasa, semakin banyak mimpi yang dikubur, diubah, atau diturunkan kualitas dan kuantitasnya.

Selain regresi, dalam dunia statistik dikenal pula istilah distribusi normal. Distribusi normal memberikan informasi mengenai bagaimana pola rata-rata dari sebuah data statistik maupun bagaimana sebaran data statistik dari nilai rata-ratanya. Di bagian kiri dan kanan distribusi normal, seringkali ditemukan outlier. Outlier adalah data yang memiliki pola berbeda dari distribusi normal, saking ekstremnya seringkali outlier ini harus dibuang ketika melakukan pengolahan data.

Pola tentang cita-cita dan mimpi diatas dapat diibaratkan sebagai distribusi normalnya cita-cita bagi kebanyakan orang. Banyak faktor yang pada akhirnya bisa membuat seseorang untuk tidak lagi mau bermimpi tinggi. Faktor realistis sudah disebutkan sebelumnya. Dalam kedewasaannya manusia akan cenderung realistis ketika memandang cita-citanya. Manusia akan mulai menakar kemampuannya, kecerdasannya, potensinya, talentanya, bahkan kekurangannya ketika dia menetapkan apa yang akan dia capai dalam hidupnya. Berbagai masalah dan tantangan kehidupan seperti, permasalahan keluarga, permasalahan di tempat kerja, kondisi kesehatan, faktor orang-orang terdekat, keuangan, dll akan sangat mempengaruhi seseorang untuk memutuskan apakah akan menetapkan mimpi yang lebih tinggi atau menurunkan "ketinggian" mimpinya sehingga lebih mudah untuk dicapai.

Beruntungnya ada segelintir orang yang merupakan outlier dari distribusi normal cita-cita atau mimpi tersebut. Orang-orang inilah yang boleh dibilang sangat ekstrem positif dalam usahanya menggapai cita-citanya. Bagi mereka cita-cita harus ditetapkan setinggi mungkin, bahkan akan lebih baik jika cita-cita tersebut adalah sebuah mimpi. Sesuatu yang bisa sangat berbeda dari kenyataan. Sesuatu yang mungkin menurut kebanyakan orang tidak mungkin, tapi bagi mereka itu adalah hal yang realistis.

Kelompok inilah yang memungkinkan mobil untuk ditemukan.
Kelompok inilah yang memungkinkan manusia untuk terbang dengan pesawat.
Kelompok inilah yang memungkinkan Bulan dapat dikunjungi.
Kelompok inilah yang memungkinkan manusia untuk dapat menikmati listrik dan cahaya.
Kelompok inilah yang memiliki kemampuan untuk mengubah sesuatu yang mungkin menjadi mungkin.
Kelompok pantang menyerah, yang oleh rekan-rekannya disebut inventor atau penemu.

Bagi mereka selama orang mau berusaha, bekerja keras, terus belajar dan pantang menyerah...maka..
Dunia adalah batas laboratorium eksperimen untuk menelurkan karya-karya cemerlang.
Langit adalah ukuran tetinggi untuk menempatkan impian dan cita-cita mereka.
Pantang menyerah adalah api yang mampu membakar setiap penghalang yang menghalangi mereka untuk mencapai impian mereka.
Tantangan adalah bahan bakar bagi mesin kreativitas mereka untuk mencari jalan keluar untuk terus melaju kedepan.
Kegagalan adalah hasil percobaan yang masih harus disempurnakan untuk mencapai keberhasilan.
Menyerah hampir tidak pernah ada dalam kamus kehidupan mereka.
Sekali mimpi ditetapkan, maka mereka tidak akan pernah berhenti sebelum mencapai mimpi itu atau mencapai mimpi yang lain yang sama kualitasnya.

Pernahkah kita bayangkan apa yang terjadi jika manusia-manusia hebat itu mematikan mimpinya? Apa yang terjadi jika mereka menyerah di tengah jalan?
Apa yang terjadi jika mereka tidak mau bermimpi?

Saya ngga tahu apa yang menjadi cita-cita dan mimpi readers saat ini. Sekecil apapun mimpi itu, mimpi itu tetap layak untuk dikejar, tetap layak untuk diperjuangkan.

Penemu mur dan baut mungkin tidak pernah menyangka bahwa temuannya akan membantu:
Penemu mobil untuk meningkatkan efisiensi manusia dalam bertransportasi, dan membuka jalan bagi penemuan-penemuan mobil hebat lainnya yang sangat bermanfaat bagi manusia.
Penemu pesawat terbang untuk membuka kesempatan bagi transportasi udara bagi manusia, dan membuka jalan bagi penemuan pesawat-pesawat super canggih.
Penemu pesawat ulang alik yang memungkinkan manusia untuk menjelajahi luar angkasa dan membantu manusia untuk menyingkap tabir tentang tata surya.

Memang akan ada banyak tantangan dan halangan yang kita hadapi untuk menggapai sebuah mimpi, tapi untuk setiap kesulitan pasti ada jalan keluar. Pertanyaannya adalah seberapa keras usaha kita untuk mencari jalan keluar itu? Seberapa besar kita menyadari bahwa mimpi kita mungkin akan memberikan manfaat buat orang lain di sekitar kita?

Jadi bermimpilah setinggi mungkin, dan kejarlah mimpi itu seolah-olah kehidupan umat manusia bergantung pada realisasi mimpi itu dan lihatlah apa yang terjadi.... (",)

Ada satu prinsip hidup yang selalu saya pegang dan ingin saya bagikan disini. Prinsip ini selalu berfungsi sebagai cambuk yang memberikan dorongan energi luar biasa setiap kali "malas-malasan melanda" atau ketika "pikiran realistis" itu hadir.

Kalau ada orang lain yang bisa melakukan sesuatu hal yang ingin saya lakukan, 
maka saya juga pasti bisa melakukannya
Kalau hanya ada satu orang yang bisa melakukan sesuatu hal tersebut,
maka saya juga pasti bisa melakukannya
Kalau tidak ada orang yang bisa melakukan sesuatu hal itu,
maka saya juga pasti bisa melakukannya
Perbedaannya hanyalah pada berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk bisa melakukan hal itu

Dare to dream.. Dare to reach..


 

Saturday, 10 November 2012

Mata Sang Hawa

Pancaran sinarnya begitu kuat
Kuat menembus tembok logikaku
Mendobrak  benteng hati yang terlanjur kokoh

Aku suka melihatnya
Aku suka memandangnya

Lembut binarnya begitu indah
Seindah tatapnya yang teduh
Seindah cahayanya yang mengalihkan pandangku

Aku suka melihatnya
Aku suka memandangnya

Indahnya mengubah sedih menjadi senyum
Cantiknya mengubah lelah menjadi semangat
Liriknya mengusik hati untuk berbunga

Aku ingin melihatnya
Aku ingin memandangnya
Aku ingin memeluknya dengan tatapku

Entah kapan
Entah mungkin

Yang pasti hanyalah...

Dia terlalu indah
Dia terlalu jauh

- Adam -

Friday, 9 November 2012

Miskomunikasi Dengan Tukang Parkir: Klarifikasi


Beberapa hari yang lalu, saya dan seorang teman sedang berada di salah satu lokasi center of gathering-nya warga Jakarta. Sebelum meninggalkan tempat tersebut, saya mengalami satu peristiwa yang boleh dibilang sebagai: penghinaan paling memalukan yang mencederai harga diri saya sebagai seseorang yang hidup di negara yang menjadikan hukum sebagai panglima (Ruhut Sitompul, 2004-skrg)........ dan for the sake of national security, pertanyaan-pertanyaan berikut: kapan? dimana? ngapain disana? dll, tidak akan dibahas disini karena bukan itu yang ingin saya ceritakan dan sekalipun tidak dibahas, tidak akan mengurangi makna dari cerita ini (hukum anti bertele-tele dalam menulis).

Baiklah... (ambil remote, mute-in volume tipi dan fokus ke laptop)...akan saya mulai dengan mengurai kronologisnya agar kita memiliki dasar pemikiran yang sama untuk memberikan pandangan...

Waktu itu langit terlihat mendung, udara sedikit lembab karena efek “hujan ngga nyampe semenit”, dan matahari sedang konsisten bergerak menuju posisi tegak lurus di atas kepala, menjadi latar adegan saat saya dan seorang teman sudah bersiap untuk meninggalkan tempat itu. Saya naik ke motor, kemudian perlahan-lahan memindahkan motor dari jalur parkir sambil ngobrol ringan sama si teman yang masih menunggu aba-aba untuk naik di jok belakang. Seperti biasanya saat akan meninggalkan area parkir, dompet saya keluarkan dari saku celana buat ngambil duit receh untuk bayar parkir. Kebetulan memang ngga ada parkir resmi di tempat itu. Akhirnya ketemulah duit Rp 2.000 di dompet, uang nya saya keluarin dan masukin ke kantong jaket biar gampang pas nanti mau diberikan ke tukang parkir.

Saat udah siap untuk meninggalkan TKP, saya tengok ke kiri dan kekanan sambil mencari “pria pemandu parkir” untuk menyerahkan “uang jasa penggunaan parkir” yang udah tersedia di kantong. Tapi harapan itu pun sirna karena tak satu pun pria disana menunjukan gelagat bahwa dia adalah orang yang tepat, berhak dan layak untuk menerima retribusi parkir (Untung, Pengantar Perpajakan, 2004) itu. Sebenarnya ada beberapa orang pria disana, hanya saja saya ngga mau terlalu terlihat seperti seorang dermawan uang parkir yang rela mencari-cari si tukang parkir sambil bertanya pada orang-orang itu dengan pertanyaan:

“Permisi, apakah bapak adalah tukang parkir yang sedang bertugas?” atau
“Apakah anda kenal dengan tukang parkir yang berhak menerima Rp 2.000 ini?”

Akhirnya saya berasumsi.... (kebetulan latar belakang pendidikan saya adalah ekonomi, ilmu yang paling suka menyederhanakan masalah dengan kata pamungkas yang disebut: asumsi)...... bahwa tukang parkirnya karena takut akan kena flu akibat kehujanan, maka dia memutuskan untuk pulang dan bobo siang (baca: tukang parkirnya tidak ditempat). Dengan asumsi ini, maka saya memutuskan untuk segera meninggalkan TKP karena sepertinya tidak lama lagi hujan susulan akan segera datang.

Motor dinyalakan, si teman segera naik, kami siap berangkat, dan tiba-tiba ada seorang pria yang lewat di samping kiri kami sambil mengomel tapi dalam mode menggumam dan terus berjalan ke depan. Sempat terpikir bahwa dia adalah pawang hujan yang sengaja dipanggil untuk menetralisir probabilitas turunnya hujan di tempat itu. Namun dari frekuensi, getaran dan gelombang suaranya, terdengar memang kalau dia sedang marah. Kembali terpikir bahwa mungkin karena mantra penolak hujannya berpeluang gagal maka dia marah-marah dengan roh halus yang bersemayam dalam dirinya yang menjadi sekutunya dalam menolak hujan.

Daripada semakin ngga jelas berimajinasi, akhirnya saya pindah gigi dari posisi normal ke gigi 1, dan  segera membiarkan motor terdorong maju oleh dorongan gas yang diperintahkan oleh tangan kanan.
Tapi belum sampai 3 meter, terdengar ada yang berteriak tapi saya agak kurang jelas mendengarnya.

Teman yang dibonceng pun kemudian berkata “Udah bayar parkir belum?”
... Jeng jeng jeng..!!!

Ternyata yang berteriak itu adalah pria yang tadi marah-marah sambil menggumam, dia pun bukanlah pawang hujan yang sedang ngomel-ngomel dengan sekutu roh halusnya, dia adalah tokoh utama dalam cerita ini, pria yang dari tadi  dicari-cari, pria yang saya asumsiin takut kena flu karena hujan sehingga memutuskan untuk pulang, dialah sang tukang parkir...               
Dan ternyata isi teriakannya adalah “Wooii, di kota ngga ada yang gratis”

“Appaaaaa!!!”

Saya sempat berhenti sejenak setelah menjauh kira-kira 3,5 meter dari TKP dan mencerna ulang kata-kata itu. Guys, itu dalem banget kata-katanya dan saya merasa perlu memberikan klarifikasi lewat cerita ini meskipun saya tahu kecil kemungkinan bagi si tukang parkir untuk membaca tulisan ini. Tapi setidaknya ada media bagi saya untuk berbagi cerita dan klarifikasi.

(...nyalain kipas angin untuk meredam suasana yang semakin menghangat...)

Mari kita lanjutkan, Bapak tukang parkir yang terhormat, saya sangat tersinggung dengan pernyataan Bapak tadi siang.

Pertama, lewat kata-kata itu artinya saya dituduh lari dari tanggung jawab, ngga mau bayar parkir. Penghinaan nomor 1. Padahal jelas-jelas duitnya udah saya siapin. Kenapa bapak tidak menampakan diri dari tadi? Masa nagih uang parkir aja gengsi? .. Mengingat status saya adalah PNS, kata-kata itu sangat perih terdengar di telinga, sakit menyayat hati... masa seorang PNS ngga mampu bayar parkir? Hadeh.. Benar-benar udah mempermalukan instansi tempat saya bekerja. Maafkan saya pak menteri.

Kedua, kata-kata itu bisa diterjemahkan dengan makna meluas menjadi “Wooii orang desa, ini kota, di kota ngga ada yang gratis”. Penghinaan nomor 2. Sedih amat yak, orang desa juga ngga mau dibilang kaya gitu..Kayanya ngga sebanding deh antara nilai uang dengan penghinaan yang saya peroleh.

Karena emosi sesaat yang tiba-tiba melanda setelah mencerna ulang kata-kata si tukang parkir (berlangsung dalam waktu sepersekian detik), saya memutuskan untuk terus melaju tanpa memperdulikan celotehannya. Uang parkirnya tetap masih bersemayam di kantong jaket. Meskipun kerugian yang dia alami tidak sebanding dengan pelecehan harga diri yang saya terima, setidaknya dalam pandangan saya, skornya: impas, hati tenang.

Tapi bagaimana pun juga pada akhirnya saya menyesali apa yang terjadi saat itu. Seharusnya uang parkirnya tetap saya serahkan. Mungkin nilainya ngga seberapa, tapi itu tetaplah penghasilan di mata seorang tukang parkir. Maafkan saya ya bapak tukang parkir, mudah-mudahan nanti kita bisa bertemu lagi dan akan saya serahkan uang parkirnya. Ampuni saya Tuhan yang lebih menuruti emosi daripada menuruti perintahmu untuk berbuat baik.

Pesan moral pertama: jangan pernah mengambil keputusan saat sedang kesal atau emosi.
Pesan moral kedua: jangan pernah kabur dari tempat parkir sebelum membayar uang parkir. Sekecil apapun uang parkir, uang itu tetaplah merupakan penghasilan bagi si tukang parkir.

Karena saya juga pernah belajar akuntansi, maka saat ini di jurnal pengeluaran saya harus sudah tercatat sebagai berikut:
                                                Debet                   Kredit
Beban Parkir                      Rp. 2.000             
Utang Parkir                                                       Rp. 2.000

Wednesday, 7 November 2012

Woman: Created to Love and to be Loved

Pernikahan pada dasarnya adalah kebudayaan, prinsipnya sama saja di masing-masing negara.
Pernikahan adalah bentuk penyerahan diri dari seorang perempuan kepada laki-laki pujaannya.
Tanpa adanya kerelaan dari sang wanita untuk menyerahkan dirinya, maka sekalipun orang tua memaksakan dia untuk menikah, pernikahan itu pada dasarnya tidak sah.
Tapi sekali perempuan menyerahkan diri kepada sang lelaki, maka pernikahan itu hanya dapat berakhir jika dan hanya jika lelaki tersebut yang melepaskan istrinya..

(Mustafa Daood)

Kira-kira dua tahun yang lalu, sekitar pukul 6.45 pagi, saya sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Sambil duduk di kursi di ruang tv, saya mempersiapkan isi tas bodypack yang akan saya bawa ke kantor

Dua menit kemudian..

"Turun.. Buruan.. Biarin dia sama ibu"

Terdengar suara seorang laki-laki yang berteriak dengan suara keras seperti sedang membentak seseorang. Penasaran akan apa yang sedang terjadi, saya pun berdiri, bergerak mendekati pintu kos agar dapat melihat situasi di luar.

"Ngga mau.. Abel ikut aku aja", seorang wanita balas meneriaki laki-laki tadi sambil terisak karena menangis.

Adu mulut antar sepasang suami istri tersebut berlangsung saat keduanya masih berada di atas motor yang masih dalam keadaan menyala mesinnya.

Dan selang beberapa detik, kejadian yang memalukan itu terjadi.

Sang suami dengan segera mematikan mesin motornya, turun dari motor meninggalkan istri dan anaknya yg masih duduk di kursi belakang, dan dengan tanpa belas kasihan melayangkan tinju kanannya ke wajah istrinya. Tidak berhenti sampai disitu, dia menarik paksa anak laki-lakinya dari pelukan perempuan malang itu tanpa sedikit pun memikirkan tangisan balita tersebut yang mungkin sedang merasa kesakitan akibat perbuatan kasar bapaknya.
Sang istri tidak tinggal diam. Wanita itu pun turun dari motor, berlari mengejar suaminya dan segera berlutut di kaki suaminya sambil memohon "Maaas.. Toloong...jangaan.. Balikin Abeel.."

Readers, sampai disini rasanya saya perlu sampaikan bahwa setiap adegan dan perkataan yang saya tulis di sini adalah sama seperti yang terjadi saat itu. Adegan yang saya ceritakan ini adalah visual paling memilukan yang pernah saya lihat. Wanita tersebut tak henti-hentinya menangis sambil memohon kepada suaminya, tidak lagi memikirkan rasa malu terhadap warga sekitar yg menyaksikan peristiwa itu.  Sementara si suami bertindak seperti manusia yang sudah kehilangan hati nuraninya, dia tidak lagi bertindak sebagai penjaga kehormatan istrinya. Yang ada di kepalanya adalah, bagaimana caranya agar emosi dan amarahnya bisa tersalurkan. Sifat egois seorang pria yang mempertontonkan arogansinya terhadap semua orang yang menyaksikan peristiwa itu, termasuk istri dan anaknya.

Kisah tersebut saya hentikan sampai disini, karena bagi saya apapun ending dari cerita diatas, meskipun tetap penting bagi keluarga kecil itu, tetap tidak akan menghilangkan kasus "pelecehan" (saya lebih suka menggambarkannya dengan kata ini) yang sudah terjadi.

Quote Mustafa Mahmood di awal tulisan ini memberikan sudut pandang yang cukup penting bagi setiap pria (dan juga bagi wanita) dalam memandang setiap komitmen yang sedang dia jalani dengan seorang perempuan, dalam hal ini: pernikahan. Ketika perempuan menyatakan kesediaannya untuk menjadi istri, maka setiap lelaki harus melihatnya sebagai bentuk rasa percaya seorang perempuan terhadap dirinya.

Percaya bahwa dirinya akan selalu merasa aman ketika menjalani masa depannya bersama sang lelaki.
Percaya bahwa meskipun banyak tantangan yang akan dihadapi, asalkan dia hadapi bersama sang lelaki, semua tantangan itu akan bisa dilewati.
Percaya bahwa lelaki pilihannya adalah pemimpin yang tepat bagi dirinya, teladan bagi keluarga.
Percaya bahwa hanya dengan lelaki ini lah, setiap angan dan cita yang dia dambakan bisa dia capai.
Percaya bahwa sang lelaki adalah jodoh, hadiah dari Tuhan, yang dipilih Tuhan untuk menjadi teman hidupnya, yang ditetapkan Tuhan untuk menjadi ayah dari anak-anaknya.

Ketika setiap lelaki mampu memahami hal ini, tentu akan menjadi sulit bagi dirinya untuk bertindak kasar secara fisik terhadap perempuan yang telah menjadikan nya sebagai "yang terpilih".
Justru respon yang harus ditunjukan adalah tindakan kasih setiap waktu yang mampu membuat setiap wanita berkata: "aku telah memilih pria yang tepat".

Tuhan, dengan tanganNya sendiri, menjadikan wanita dari tulang rusuk pria.
Supaya ketika pria dan wanita itu dipertemukan Tuhan kembali melalui ikrar pernikahan, wanita bisa kembali kepada "posisi" nya semula,  berada "didalam pelukan" pria. Tidak hanya supaya dia bisa dilindungi oleh suaminya, tapi supaya wanita itu sendiri bisa melaksanakan fungsi sejatinya, melindungi suaminya. 

Bukankah fungsi rusuk adalah melindungi bagian vital dari seorang manusia (jantung)??
Ketika seorang pria menyakiti istrinya secara fisik maupun mental (merapuhkan rusuknya), sesungguhnya dia sedang menjadikan nyawanya berada dalam kondisi rentan untuk diserang.

Terlepas dari argumen di atas tentang tidak seharusnya seorang pria bertindak semena-mena terhadap istrinya, argumen berikut ini sesungguhnya harus ada di dalam pikiran dan hati setiap pria ketika dia hendak berlaku tidak sepantasnya terhadap istrinya:

Semarah-marahnya Tuhan terhadap manusia yang Dia ciptakan dengan tanganNya sendiri, tidak pernah sekalipun tanganNya digunakan untuk melampiaskan amarahNya. Lalu apa hak kita sebagai sesama ciptaan untuk menyakiti karya Tuhan yang sangat dicintaiNya itu??

Cintailah wanita mu supaya dia bisa menghadirkan kasih surgawi didalam hidupmu..
Cintailah pria mu seperti kasih Tuhan yang telah menjadikanmu begitu istimewa..


Monday, 5 November 2012

Teladan Mustafa Daood


Minggu siang tanggal 4 November 2012, tanpa sengaja channel tv saya tertuju pada salah satu program “Sebuah Nama Sebuah Cerita” di Kompas TV. Tampak seorang narasumber sedang diwawancara saat itu. Seorang pria berambut panjang terikat berwarna kuning keemasan, dengan begitu bersemangat menceritakan perjalanan hidupnya kepada seorang wartawan yang tidak terlihat di layar. Berbagai kalimat tegas dan berilmu yang keluar dari mulutnya tanpa terasa telah membuat saya lupa untuk beralih ke program tv yang sebelumnya sedang saya tonton. Saya pun memutuskan untuk menonton acara itu karena alasan klasik, lebih menarik.

Wajahnya tidak asing bagi saya, dia adalah seorang vokalis dari grup musik yang karya-karyanya terdengar seperti musik timur tengah. Melalui program tv tersebut, kemudian saya tahu bahwa namanya adalah Mustafa Daood, vokalis sekaligus pemimpin dari grup musik Debu. Debu adalah grup musik yang personil dan bahasa musiknya bernafaskan Islam, terbentuk di Indonesia pada tahun 2001 dan bermarkas di Jakarta Selatan.

Anggota grup musik Debu sebagian besar berasal dari sebuah keluarga yang sebelumnya bermukim di Amerika Serikat. Ayah Mustafa merupakan pemimpin salah satu grup musik di Amerika yang sudah melanglang buana di lebih dari 50 negara untuk bermusik. Darah musik inilah yang mengalir dalam diri Mustafa dan saudara-saudaranya. Dalam sebuah mimpi di tengah malam, Ayah Mustafa memperoleh semacam “petunjuk dari Tuhan” untuk pindah dan bermusik ke Indonesia. Jadilah kemudian mereka sekeluarga pindah ke Indonesia, dimana Makassar menjadi tempat pertama mereka untuk bermusik sebelum akhirnya pindah ke Jakarta. Setelah menanti hampir 12 tahun, Mustafa dan anggota grup musik Debu akhirnya menjadi warga negara Indonesia.

Lalu apa yang membuat dia menjadi begitu “menarik” (bagi saya)??

Sebagai seorang anak, Mustafa merupakan pribadi yang sangat hormat kepada ayahnya. Ketika ayahnya memutuskan untuk pindah ke Indonesia, Mustafa baru berumur 17 tahun. Namun “perintah” ayah nya untuk pindah ke Indonesia tetap dia jalankan, meskipun mereka sama sekali tidak pernah mengetahui bentuk dan kondisi dari Indonesia sebelumnya, tidak ada kenalan sama sekali di negeri yang asing itu. Dia ikhlas untuk melupakan kenyamanan yang sudah cukup lama dia peroleh, melupakan teman-teman dan sejumlah kenangan di kampung halamannya. Bahkan akhirnya dia menjadi salah satu dari kelompok pertama yang berangkat lebih dulu ke Indonesia bersama ayah dan salah satu saudaranya. Sama sekali tidak ada keraguan untuk melaksanakan apa yang diinginkan ayahnya.

Tanpa dia sadari, akhirnya Mustafa muda, jatuh cinta kepada negeri Bhineka Tunggal Ika ini. Keramahan masyarakat Indonesia, mudahnya memperoleh makanan halal, dan suara adzan yang dapat mereka dengar 5 kali sehari menjadi daya tarik tersendiri bagi Mustafa dan saudara-saudara nya untuk menetap dan bahkan mengajukan permohonan untuk menjadi Warga Negara Indonesia. 

“Saya sudah terlanjur jatuh cinta dengan Indonesia, meskipun harus menunggu sampai 20 tahun untuk menjadi WNI, saya pikir itu adalah hal yang layak untuk ditunggu”.

Masih sebesar itukah kebanggaan kita akan Indonesia??

Sebagai seorang kakak, suami dan saudara, Mustafa sangat bertanggung jawab terhadap adik, istri dan saudara-saudaranya. Dengan kerja keras dia membangun grup musik Debu, dari sebelumnya tidak dikenal, Debu akhirnya menjelma menjadi salah satu grup musik yang sudah menelurkan sejumlah album dengan karya-karya yang dapat diterima pasar di Indonesia. Bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga, bertanggung jawab sebagai pemimpin grup musik. Sangat patut ditiru.

Sebagai seorang seniman atau musisi, Mustafa tergolong pemusik yang sangat idealis. Baginya, “tidak ada kesalahan dalam bermusik”. Maksudnya adalah sekalipun karya musik yang dihasilkan bertolak belakang dengan teori-teori musik yang sudah ada selama ini, hal tersebut tidak dapat didefinisikan sebagai kesalahan dalam bermusik. “Asalkan enak didengar, selesai itu perkara”, lanjut pria yang saat ini sudah berumur 31 tahun itu. Mustafa sendiri berpendapat bahwa musik Debu yang mereka mainkan merupakan genre musik tersendiri yang berbeda dengan genre musik yang sudah ada. Meskipun ada nuansa Turki dan Arab dalam musik Debu, namun originalitas musik yang lahir dari 5 tahun proses bermusik secara otodidak itu, membuat Debu tidak layak untuk dikelompokkan dalam genre musik tertentu. Debu adalah grup musik, musik itu sendiri, dan genre musik yang berdiri sendiri. Tentunya jika Debu bisa dikenal di negeri orang, ini adalah buah dari kerja keras dari Mustafa yang tidak pernah takut untuk bersaing dengan jenis-jenis musik yang telah lebih dulu ada di tanah air.

Originalitas dalam berkarya pun patut untuk ditiru oleh generasi muda di negeri ini. Apapun bidang ilmu atau pekerjaan yang sedang kita kerjakan saat ini, semangat originalitas harus tetap diusung. Jadikanlah karya-karya sebelumnya sebagai acuan untuk menciptakan karya baru yang tetap memiliki keunikan tersendiri.
Namun yang paling unik dari seorang Mustafa adalah, dalam setiap cerita kehidupan yang dia sampaikan, dalam setiap uraian tentang falsafah hidupnya, terkandung pesan-pesan moral yang sangat kuat. Sebagai seorang anak muda yang dibesarkan dalam keluarga muslim yang kental dengan pengajaran Islam, Mustafa merupakan seorang pribadi yang berpandangan sangat terbuka, berwawasan luas, dan sangat toleran terhadap modernisasi namun tetap berada di dalam batasan-batasan yang jelas. Pandangan hidupnya tentang cinta, kekayaan, kesuksesan, kerja keras, musik dll menjadikan dia patut untuk dijadikan teladan hidup bagi mereka yang mengenal pribadinya. Buah pemikirannya yang cerdas, lugas dan tegas itu menginspirasi saya untuk membuat beberapa tulisan yang sampai tulisan ini dipublish, masih terus saya sempurnakan agar dapat segera diupload di blog ini.

Ketika ditanya pendapatnya tentang kota Jakarta, Mustafa yang sangat fasih berbahasa Indonesia lantas berpendapat,

“Saya harus jujur bahwa Jakarta bukanlah kota yang cantik, masyarakat disini sudah tidak bisa lagi menyadari bahwa apa yang mereka miliki selama ini adalah sesuatu yang sangat berharga. Jika warga Jakarta tidak bisa merawat kotanya, maka keindahan Jakarta hanya akan menjadi masa lalu.”

Saya berharap ada pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita tentang Mustafa Daood: 
anak yang berbakti kepada orang tua, musisi yang berkarya dengan originalitas, generasi muda yang  taat beragama didalam cinta kepada Tuhannya namun tetap cerdas dan terbuka dalam berinteraksi dengan dunia, pemimpin yang bertanggung jawab terhadap keluarga dan kelompoknya.

Ibu pertiwi pasti tersenyum bangga, saat Mustafa menyanyikan Indonesia Raya di hari pertama dirinya menjadi WNI :)

Sunday, 4 November 2012

Agen Saturnus

Saturnus adalah sebuah planet di tata surya yang dikenal juga sebagai planet bercincin, dan merupakan planet terbesar kedua di tata surya setelah JupiterCincin Saturnus sangat unik, terdiri dari beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini masih belum diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak mungkin juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah bongkahan-bongkahan es meteorit. Cincin ini terentang dari 6.630 km - 120.700 km di atas atmosfer Saturnus...
---

Tahun 2012 adalah turning point dalam hidupku.

Di tahun ini banyak unexpected gifts dari Tuhan, tapi di tahun ini juga banyak unexpected problems yang DIA ijinkan terjadi dalam hidupku. Saat saya menggunakan istilah unexpected, trust me guys, It was really unexpected as it means.


Satu dari gifts yang Tuhan berikan di tahun ini, and it becomes the most beautiful one is a very special “mirror”.

A mirror who makes me able to know who I am
A mirror who helps me to be more sensitive with my surroundings
A mirror who brings me to the highest level of carring
A mirror who opens my eyes to see future in a wider perspective
A mirror who turns my sleeping talents on

Dan berbicara tentang talent,

Ada orang yang sangat baik dalam berbicara, mereka mampu untuk menjelaskan pemikiran mereka secara verbal kepada orang lain. Tutur kata yang sistematis adalah senjata utama mereka untuk, either menyampaikan maksud dan pendapat mereka or berusaha mempengaruhi orang lain agar memiliki pemahaman yang sama dengan apa yang mereka miliki. Tapi terkadang cukup sulit bagi mereka untuk menuangkan pemikiran mereka dalam bentuk tulisan, entah karena menulis itu membosankan, atau sebenarnya mereka bisa menulis tapi pesannya tidak sekuat jika mereka berbicara.

Ada juga orang yang lebih hebat dalam menulis, berbicara lewat kata. Untaian kata yang tersusun rapi yang terdiri dari deretan kata-kata pilihan yang membawa pesan-pesan tertentu menjadi kekuatan utama kelompok manusia ini. Namun sebaliknya, sulit rasanya jika pesan-pesan dalam kata itu harus mereka sampaikan secara verbal.

Ada juga mereka yang biasa-biasa saja dalam keduanya.

Tapi saya sadar bahwa saya punya potensi untuk bisa memiliki keduanya sekaligus, good in both speaking and writing. Tentunya jika potensi itu mau terus saya latih.

Tidak ada maksud kesombongan dalam pernyataan di atas, tapi sebaliknya, saya juga berharap readers tahu bahwa mengenali potensi diri kita masing-masing adalah sesuatu yang penting. Dan setelah kita tahu potensi kita, jangan didiamkan, atau hanya setengah-setengah mengembangkannya, maksimal-lah dalam mengembangkan potensi itu. Karena yang terpenting bukanlah seberapa banyak talenta yang kita punya, tapi seberapa banyak yang sudah kita lakukan dengan talenta itu. Meminjam istilah Alkitab ketika berbicara tentang talenta, PERLABAKANLAH TALENTAMU!!!

Dan berbicara tentang talent dan perlabakanlah,

Setelah mempertimbangkan usul seorang teman, akhirnya saya memutuskan untuk punya blog, bukan karena latah ketika melihat orang lain memiliki blog, tapi karena bagi saya blog adalah media yang tepat untuk menjadi tempat berlatih menulis, membagi ide dan pendapat kepada orang lain sekaligus tempat untuk mendokumentasikan tulisan-tulisan saya.

Kenapa namanya Agen Saturnus?

Novel Perahu Kertas karya Dee menjadi salah satu alasan untuk memilih nama ini. Bagi yang pernah membaca novelnya, tentunya tidak asing lagi dengan istilah “agen neptunus” sang pembuat dan penghanyut perahu-perahu kertas kepada Neptunus.
Kenapa Saturnus? Penggalan tulisan wikipedia di atas kiranya dapat memberikan gambaran kenapa nama planet itu yang saya pilih. Planet kedua terbesar di tata surya setelah Jupiter dengan cincin yang sangat unik yang menjadikan dia (bagi saya) salah satu planet yang sangat unik dan menarik.

Agen Saturnus, itulah akhirnya nama yang saya pilih untuk memberikan nickname bagi blog ini. Harapan saya adalah agar blog ini menjadi media untuk menyampaikan berbagai buah pemikiran yang saya temui sehari-hari. Sama seperti agen neptunus dalam Perahu Kertas yang selalu ingin menyampaikan apa yang sedang dia rasakan kepada Neptunus.
Saya juga ingin agar blog ini menjadi unik seperti uniknya Saturnus dengan cincinnya. Dia memang bukan yang terbesar (karena Jupiter yang terbesar), dia memang bukan yang paling indah (karena masih ada Bumi) tapi dia tetap unik dibanding planet-planet yang lain. Saya pun berhadap untuk menjadikan blog  ini unik, tidak menjadi buku harian yang sekedar berisi curahan hati sang empunya, tidak juga meniru blog-blog yang lain, tapi blog ini harus menjadi unik karena berisi “karya yang ditulis dengan rasa”...
Dan akhirnya, karya itu tentunya tidak ditujukan untuk Saturnus (seperti Neptunus yang menjadi tujuan si Agen Neptunus) tapi tujuannya adalah Bumi (baca: readers). Seperti background pertama blog ini, kiranya blog ini bisa memberikan manfaat bagi "Bumi", mereka yang membacanya, entah readers yang sekedar numpang lewat atau readers yang memang berniat mengunjungi blog ini.

So readers, inilah karya pertama di blog ini..

Tidak sabar untuk terus mengisinya dengan tulisan-tulisan berikutnya (",)