Sunday, 2 December 2012

Your name is what you did

"Flight Attendants, landing position"

Suara pilot dari ruang kabin terdengar dari pengeras suara menandakan bahwa tidak lama lagi pesawat yang saya tumpangi akan segera mendarat. Tak lama kemudian suara mesin terdengar menderu mengiringi pesawat yang bergerak menuju runway. Pendaratan kali ini tidak terlalu mulus, suara benturan keras terdengar ketika roda pesawat menghantam kerasnya aspal landasan. Segera setelah turun dari pesawat para penumpang sudah ditunggu oleh dua bus bandara yang telah siap untuk mengangkut penumpang dari area parkir pesawat ke terminal kedatangan. Tulisan "Selamat Datang di Bumi Khatulistiwa" tercetak jelas di pintu masuk, menyambut setiap penumpang yang sibuk dengan bawaannya masing-masing.

Segera saya mencari petugas hotel yang telah menunggu untuk menjemput saya di bandara. Setelah menengok ke kanan dan kiri, pandangan saya lalu terarah ke seorang pria yang berdiri dengan papan nama berlogo Orchardz Hotel. Namun yang menarik perhatian saya adalah sebuah nama yang tercetak di bawah logo hotel  itu. Mr. ENNO. Saya tersenyum geli sambil tertawa di dalam hati.

Ini bukan kali pertama saya diberikan nama baru oleh orang lain. Nama saya yang terdiri dari 1 huruf vokal dan 3 huruf konsonan memang seringkali memberikan kesulitan bagi setiap orang yang baru pertama kali membaca penulisan nama itu. Itulah yang terjadi dengan "Mr. ENNO". Tampaknya pihak marketing hotel merasa kesulitan untuk mengeja "ERNS" sehingga mereka memilih bagian yang paling mudah, 4 huruf terakhir dari marga saya yang jauh lebih mudah untuk diucapkan, "ENNO". Hahahahaha....

Saya kemudian teringat pada masa sekolah dulu. Adalah sebuah kebiasaan bagi setiap guru yang baru pertama kali mengajar di kelas untuk membacakan nama-nama siswa di daftar absen dalam rangka perkenalan. Setiap kali giliran untuk nama saya dipanggil tiba, para pengajar tersebut akan berhenti beberapa detik, melotot ke daftar absen, baru kemudian menyebutkan nama saya sesuai dengan penafsiran mereka. Beberapa variasi pelafalan pun muncul: ernes, erna, erni, ernis, bahkan ada yang menyerah dan hanya menyebut fam (marga) saya, Saptenno. Bahkan sampai kuliah pun hal ini masih terus saya alami. Setiap kali salah pronounciation  tersebut terjadi, saya harus bersiap-siap untuk memberikan klarifikasi bagi para pengajar. (",)

Bulan Juli yang lalu saya berkesempatan untuk mengikuti seminar tentang Economic Growth Mode on Developing Countries di Cina selama 3 minggu. Di seminar inilah saya berkesempatan untuk bertemu dengan teman-teman PNS yang berasal dari 15 negara berkembang di dunia. Pengalaman selama bersekolah itu pun saya temukan disana. Teman-teman saya selama mengikuti seminar tersebut akan bertanya "How should we call you?" setelah mereka membaca name tag atau papan nama saya di meja. Beberapa orang teman bisa menyebutkan nama saya dengan benar, namun sebagian besar agak kesulitan sehingga mereka memilih memberikan panggilan tersendiri untuk saya. Teman dari Pakistan  memanggil saya Mr. Indonesia. Teman dari Venezuela memilih memanggil saya Aaron dengan gaya British. Teman dari Cina (EO), Mesir, Papua New Guinea, Seychelles dan Ghana mem-pronounce nama saya Earns. Lain lagi teman dari Montenegro, mereka memanggil saya Louis karena menurut mereka saya mirip Louis Hamilton Hahahaha. Hanya teman-teman dari Vietnam dan Grenada yang bisa menyebut nama saya dengan benar.

Orang tua saya memberikan nama "1 vokal 3 konsonan" itu dengan pelafalan "ERENS". Agak unik dan aneh memang :) tapi saya berterima kasih kepada mereka karena telah memberikan nama itu. Setidaknya mereka telah memberikan saya sebuah nama (",), they gave me an identity. 

Berbicara tentang nama, seorang teman saya dari Palestina pernah berkata seperti ini:
"Erns, you know....It does not matter how good your name is, or how bad it is. 
But people will remember your name for what you have done. 
When you did good, you will be known as a good person. When you did bad, you will be remembered as a bad person."

Ada benarnya juga kata-katanya itu.

Saya tidak pernah tahu siapa itu Ahmad Fuadi sebelumnya. Tapi setelah membaca karyanya dalam "5 Menara" dan "Ranah 3 Warna" saya kemudian mengenalnya sebagai:
Anak yang sangat berbakti kepada orang tua.
Sahabat yang loyal terhadap teman-temannya (dalam hal yang positif).
Pekerja keras yang pantang menyerah dalam meraih mimpi-mimpinya.
Penerima 8 beasiswa internasional.
Menguasai 3 bahasa asing: Inggris, Arab dan Perancis.
Kemampuan dan teknik menulisnya luar biasa.
Peduli terhadap sesama dengan Komunitas Menaranya.
In short, Ahmad Fuadi has a good name because he already did good things.

----

Whatever your name is
When you did good, you will be known as a good person. 
When you did bad, you will be remembered as a bad person.

No comments:

Post a Comment