Keringat terus bercucuran di sekujur tubuh anak muda itu. Baju lusuhnya menjadi basah karena butiran keringat yang lambat laun terserap ke dalam setiap bagian serat kain yang membungkus tubuhnya. Wajahnya terus menunduk. Tangannya terus merapat ke tubuhnya. Duduknya terlihat tidak tenang, pertanda gelisah sedang menelusup ke dalam raganya.
Hari ini akan menjadi hari terakhir baginya, terdakwa kasus pembunuhan berencana. Sudah 3 bulan dia dipenjara dan sudah 3 bulan pula dia terus mengutuki dirinya karena melakukan kesalahan yang tidak seharusnya dia lakukan. Rasa bersalah selalu datang menghantui pikirannya. Andai waktu bisa diulang, tentu dia akan berpikir seribu kali untuk membunuh orang itu.
Terus berkubang di dalam gelisah menjadikannya tidak menyadari bahwa saat ini dia sudah duduk di kursi listrik. Menunggu datangnya maut menjemput. Air mata tak henti-hentinya mengalir di pipi. Tinggal selangkah lagi dia akan meninggalkan dunia. Pergi meninggalkan anak dan istrinya yang masih sangat membutuhkan dirinya sebagai suami dan ayah. Bagaimana dengan masa depan mereka? Apa yang akan mereka makan dan minum? Pertanyaan-pertanyaan itu datang seperti pisau yang terus menyayat hatinya. Kematian yang tidak pernah dia bayangkan bentuknya, akan segera dia rasakan dalam waktu beberapa menit lagi. Petugas telah selesai mengikat tubuh tervonis mati itu ke kursi listrik. Sementara petugas yang lain sedang menunggu aba-aba untuk menekan tombol yang akan segera mengirimkan malaikat pencabut nyawa dalam wujud, aliran listrik bertegangan tinggi.
Kemudian terdengar... "tunggu, aku bersedia menggantikannya"
Tampak seorang pria berdiri dihadapan mereka. Dengan penuh keyakinan dia mengucapkan barisan kata itu.
"Siapa kamu?", tanya petugas yang bertanggung jawab di tempat itu.
"Saya tidak mengenal terdakwa, tapi saya rela untuk menggantikan dia di kursi kematian ini. Saya rasa istri dan anak-anaknya masih membutuhkan suami dan ayah mereka. Saya yakin dia berhak untuk memperoleh pengampunan".
---------------

Pagi ini saya menerima beberapa pesan ucapan selamat paskah yang disampaikan oleh teman dan kerabat. Saya yakin bahwa saat mengucapkan pesan itu, mereka lebih banyak menyampaikannya sambil tersenyum dan bersukacita. Tapi entah kenapa yang justru muncul dalam benak saya adalah kilasan cerita di atas.
Ketika mengucapkan Selamat Paskah rasanya seperti kita sedang memberi ucapan selamat kepada terpidana mati dalam kisah diatas.
"Selamat Paskah, selamat ya udah ada yang menggantikanmu untuk mati. Kamu tidak perlu bersedih lagi"
---------------
Selamat Paskah, selamat karena mautmu sudah Paskah, sudah lewat..
Selamat atas kesempatan baru yang sudah Tuhan berikan..