Monday, 2 April 2018

Rayakan Paskah, Jauhi Baper


Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi 5 kelompok: psychological needs, safety needs, love needs, esteem needs, dan self actualization needs. Kelima kategori kebutuhan tersebut membentuk hirarki kebutuhan di mana psychological needs menempati kebutuhan yang paling dasar, sedangkan self actualization merupakan kebutuhan yang paling puncak. Manusia akan berusaha memenuhi kebutuhannya akan safety needs setelah psychological needs-nya terpenuhi. Setelah safety needs terpenuhi, manusia mulai berusaha untuk memenuhi kebutuhannya akan love needs, dan seterusnya sampai kebutuhan akan self actualization.

Seumur hidupnya manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan akan mencari tempat/komunitas/orang lain/media apapun yang bisa menolong dirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Pencarian akan pemenuhan kebutuhan itu juga sangat mungkin dilakukan di dalam pelayanan. Semua orang yang terlibat di dalam pelayanan bisa saja berkata bahwa dia hendak melayani Tuhan dan orang lain melalui talenta yang dimiliki. Tapi dalam motivasi yang mulia itu sangat mungkin tanpa disadari terselip keinginan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sebagai manusia. Mungkin bukan kebutuhan psikologis (makan, minum, nutrisi dll). Mungkin juga bukan kebutuhan keamanan. Tapi sangat mungkin orang datang ke dalam pelayanan untuk memenuhi kebutuhannya akan kasih sayang, pertemanan, perhatian, status, pengakuan, kebutuhan untuk menjadi bagian dari komunitas/kelompok, kebutuhan untuk dihargai/dihormati orang lain, termasuk kebutuhan untuk aktualisasi diri.



Baper Itu Normal
Karena itu jangan heran jika kita bertemu dengan konflik di dalam pelayanan. Ketika pendapat tidak dihargai, muncul rasa kecewa yang berujung apatis. Ketika pendapat didebat, muncul emosi memuncak. Ketika bercanda berlebihan, muncul rasa tersinggung. Ketika hati dilukai, sukar untuk mengampuni. Ketika inisiatif tidak direspon, tidak lagi mau berinisiatif. Ketika ditegur dan tidak terima, memilih untuk tidak lagi menegur sapa. Ketika permintaan tidak dipenuhi, ngambek tak berujung. Sederhananya konflik muncul karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi. Istilah jaman now-nya: baper.

Baper dalam pelayanan itu normal. Namanya juga manusia yang melayani. Jadi pasti aspek manusiawi baik dari diri kita sendiri maupun dari orang lain akan kita temui dalam pelayanan. Bersyukurlah jika kita masih bisa baper, karena itu tandanya kita masih hidup dan kita masih punya perasaan. Tapi ketika kita baper (a.k.a kebutuhan kemanusiaan kita tidak terpenuhi) jangan sampai kita lupa bahwa rekan sepelayanan kita, orang yang darinya kita tuntut untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan kita, adalah orang berdosa yang tidak akan selalu mampu memenuhi apa yang kita butuhkan. Malah lebih tepatnya: tidak akan pernah bisa. Hanya Tuhan yang bisa memenuhi seluruh kebutuhan kita. Tuhan saja yang bisa. Jadi jangan berikan beban yang begitu berat kepada rekan sepelayanan kita.

Setelah menyadari bahwa hanya Tuhan yang bisa memenuhi kebutuhan kita, hal kedua yang perlu kita sadari adalah rekan sepelayanan kita pun memiliki kebutuhan yang sama seperti yang kita perlukan. Jadi jika kita mau menuntut kebutuhan kita dipenuhi, bersiaplah juga untuk dituntut untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Singkatnya, kalau kita boleh baper, boleh juga dong orang lain baper. Tapi jika baper dibalas baper terus menerus terjadi, tidak ada pihak yang diuntungkan. Semua pihak kalah. Tidak ada yang menang.

Baper Tidak Boleh Dipelihara
Kalau terus menerus kita baperan, terus menerus kita melihat orang lain baperan, maka kita tidak akan melihat pertumbuhan. Baper itu menghambat pertumbuhan dalam pelayanan, karena itu baper tidak boleh dipelihara. Ketika kita sadar bahwa hanya Tuhan yang bisa memenuhi kebutuhan kita, maka seharusnya pola pikir kita berubah. Ketika kita baper harusnya kita datang ke Tuhan untuk meminta Dia memenuhi kebutuhan kita, bukan sebaliknya menuntut rekan sepelayanan kita melayani kebaperan kita. Ketika kita tersinggung akan perkataan atau perlakuan orang lain, boleh banget kita baper. Tapi setelah itu datang sama Tuhan, minta Tuhan berikan kita hikmat untuk memahami perkataan atau perlakuan yang tidak menyenangkan itu. Minta Tuhan berikan kemampuan bagi kita untuk mengampuni rekan sepelayanan kita. Jangan lupa juga untuk minta Tuhan berikan kita kekuatan agar tidak lagi baper jika perkataan atau perlakuan yang sama kita dapati di kemudian hari.

Tuhan ijinkan kita merasakan baper agar karakter kita bertumbuh dewasa. Bukan untuk menghambat kita bertumbuh dalam pelayanan. Bukan juga agar kita kemudian bersikap mati rasa terhadap pelayanan atau rekan sepelayanan. Baper itu latihan jiwa, bermanfaat bagi kesehatan mental, selama disikapi dengan benar. Ketika baper menerpa, segera identifikasi kelemahan mental dan perilaku kita. Temukan cara agar kelemahan itu bisa kita tangani atau bahkan dihilangkan sehingga pelayanan kita dan pelayanan orang lain bisa sama-sama optimal.

Rayakan Paskah, Jauhi Baper

Sebelum Yesus mati disalib, ada satu pesan penting yang Dia sampaikan kepada murid-murid-Nya:

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34-35).

Kemarin kita baru merayakan paskah Tuhan Yesus Kristus. Jika semangat dan sukacita paskah itu betul-betul ada di dalam hati kita, mari kita hormati pengorbanan Yesus dengan hidup seturut firman-Nya. Kita bisa mulai dari “perintah baru” yang Tuhan Yesus berikan. Saling mengasihilah kita satu sama lain. Kalau ada teman kita yang baperan, tetap kasihi Dia. Belajar untuk memahami perkataan dan perilakunya. Kalau kita yang baperan, belajarlah untuk mengendalikan diri dan memahami orang lain. Belajar juga untuk mengurangi ego pribadi dan berusahalah dengan tulus dan ikhlas untuk memahami perkataan dan perilaku orang lain. Pelayanan adalah tempat di mana kita saling berbagi kasih Kristus, bukan saling menuntut kasih Kristus. Karena itu bangun relasi yang intim dan disiplin dengan Tuhan. Supaya melalui firman-Nya, kasih Tuhan boleh memenuhi hati kita, sehingga kita punya persediaan kasih yang cukup ketika masuk ke dalam pelayanan. Kita tidak akan lagi menjadi orang yang terus menerus menuntut kasih, tapi akan menjadi orang yang terus menerus membagikan kasih Allah.

Saling mengasihi, saling mengampuni, saling memahami, saling menerima satu dengan yang lain. Dengan cara itu, orang akan mengetahui dan mengakui bahwa kita adalah murid-murid Tuhan Yesus, dan semoga mereka juga akan mengakui dengan perkataan, hati dan pikiran mereka bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan, Raja dan Juruselamat dunia.

Rayakan Paskah, jauhi baper. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.

(diinspirasi oleh khotbah Ps. Jason Budiprasetya, Heromaker, City Light Church, 11 Maret 2018)

1 comment:

  1. I have read Your Article and Learn a lot from it. I can Imagine the time it took to get all this expertise exposed . You can also look here to see where to easily get a FAKE BANK STATEMENT FOR EASY LOAN APPROVAL I've bookmark your site and furthermore include RSS. keep us refreshed all the time.

    ReplyDelete