Beberapa minggu yang lalu seorang sahabat saya yang baik hati
memposting sebuah video di wall facebooknya. Video tersebut berisi jawaban atau
penjelasan dari Zakir Naik (seorang pemuka agama/guru agama Islam: http://en.wikipedia.org/wiki/Zakir_Naik)
terhadap pertanyaan dari seorang pemeluk agama Kristen yang bernama Christopher
yang berkebangsaan India. Bagi teman2 yang belum pernah melihat video tersebut,
saya sarankan untuk terlebih dulu menonton video tersebut melalui link di bawah
ini sebelum melanjutkan membaca tulisan ini.
Bagi saya, Zakir Naik adalah sosok yang sangat mengagumkan dalam hal
kemampuannya untuk mengingat begitu banyak ayat, baik ayat Alquran maupun ayat
Alkitab. Tentunya cukup sulit untuk menandingi kemampuan mengingat dari Zakir
Naik. Setidaknya menurut saya, siapa tahu di antara anda yang membaca tulisan
ini, ada yang memiliki kemampuan yang sama atau bahkan lebih hebat dari beliau.
Namun ketika mendengarkan seluruh penjelasan Zakir Naik dalam video, saya
menemukan banyak hal yang sebenarnya bisa, dapat dan harus dipertanyakan
kebenarannya. Mungkin sampai disini, anda akan berpikir bahwa saya sedang
tersinggung dengan keseluruhan penjelasan Zakir Naik dalam video tersebut.
Khususnya ketika dia menyinggung iman saya sebagai seorang Kristen. Jujur, saya
memang cukup terusik dengan isi penjelasan beliau. Namun jauh lebih penting
dari perasaan terusik, jauh lebih penting dari masalah harga diri, saya merasa
perlu untuk membuat tulisan ini karena bagi saya Zakir Naik sedang menggunakan
hikmat dan kecerdasan yang dia miliki secara “semena-mena” untuk mendukung
berbagai argumen yang hendak dia sampaikan kepada khalayak ramai.
Celakanya adalah, video ini ditonton oleh banyak orang yang mungkin
tidak lagi sempat berpikir untuk menguji setiap isi ajaran dari Zakir Naik.
Bagi orang Muslim, khotbah Zakir Naik telah menjadi sebuah kebenaran yang tidak
bisa diganggu gugat. Bagi orang Kristen yang belum secara mendalam memahami
Alkitab yang selama ini dibaca, khotbah Zakir Naik telah mengguncangkan
imannya. Ada yang bersuka cita baik secara terang-terangan maupun hanya dengan
tersenyum di dalam hati. Di tempat lain, ada yang bersedih karena merasa apa
yang mereka pelajari selama ini adalah sebuah kesalahan. Saya tentu sangat
bersyukur jika orang-orang tersebut merayakan sukacita dan menangisi dukacita
mereka karena benar-benar memahami isi ajaran Zakir Naik dan telah menguji
setiap pernyataan beliau. Zakir Naik memang adalah salah satu dari orang yang super
cerdas di dunia ini. Namun tidak berarti bahwa dia selalu benar. Tidak berarti
bahwa dia tidak dapat berbuat kesalahan. Sepintar apapun dia, Zakir Naik
tetaplah seorang manusia. Saya sangat menghormati beliau, namun saya tetap
merasa bertanggung jawab untuk memberikan “second
opinion” atas apa yang beliau sampaikan. Bukan semata-semata untuk membela
iman dan agama saya, tapi yang lebih penting adalah untuk membuka mata semua
orang bahwa: masalah kebenaran adalah
masalah yang penting bagi hidup kita. Tidak cukup hanya memperoleh kebenaran itu
dari orang lain. Kita harus mencari dan menemukan sendiri kebenaran itu.
Sebelum membaca lebih lanjut tulisan saya, saya perlu menegaskan bahwa
tulisan ini sama sekali tidak ditujukan untuk membangun kebencian atau
menciptakan permusuhan antara Islam dan Kristen. Tulisan ini dibuat untuk
membangun daya berpikir kritis kita atas setiap ajaran yang ada di sekeliling
kita. Jika ada yang nantinya merasa tersinggung dengan tulisan ini, dari lubuk
hati yang paling dalam saya meminta maaf. Saya berharap agar tulisan saya dapat
dihargai sebagai sebuah bentuk diskusi yang sehat.
Selamat membaca saudaraku, Tuhan memberkati.
A. Apakah
Muhammad adalah nabi terakhir yang telah dinubuatkan kedatangannya oleh
Alkitab?
Tapi
Yesus Kristus juga berkata “sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak
akan datang kepadamu” (Yohanes 16:7). “Tetapi
apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran” (Yohanes 16:13). Dia membicarakan tentang
Nabi Muhammad. Jadi hari ini sebagai seorang Kristen, jika kamu benar-benar
mencintai Yesus Kristus maka kamu harus mengikuti ajaran nabi Muhammad. Jadi
Yesus Kristus tidak pernah berbuat salah, adalah gereja yang mengatakan bahwa
Yesus adalah Tuhan.
Tapi
Alkitab berkata dalam Injil Yohanes 16:12-14 Yesus
berkata “masih banyak hal yang harus ku katakan kepadamu, tetapi sekarang kamu
belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila ia datang, yaitu Roh Kebenaran, ia
akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran. Sebab ia tidak akan berkata-kata
dari dirinya sendiri tetapi segala sesuatu yang didengarnya itulah yang akan
dikatakannya. Ia akan memuliakan aku”. Siapa yang dimaksud Yesus Kristus
disini? Siapa? Apakah kamu telah mempelajari Alkitab-mu? Kamu mengatakan bahwa
yang dimaksudkan Yesus adalah Roh Kudus. Bacalah beberapa ayat sebelumnya.
Injil Yohanes 16:7 menyebutkan “adalah lebih
berguna bagi kamu, jika aku pergi. Sebab jikalau aku tidak pergi, Penghibur itu
tidak akan datang kepadamu”. Syaratnya agar roh ini datang adalah Yesus Kristus
harus pergi. “Jika aku pergi, maka aku akan mengutus dia kepadamu”. Roh kudus
sudah ada sebelum Yesus Kristus datang, roh kudus juga ada selama Yesus Kristus
ada, dia telah ada di rahim Elizabeth, dia ada ketika Yesus dibaptis, jadi
bagaimana mungkin penolong itu adalah roh kudus? Yesus Kristus berkata: “sebab
jikalau aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi
jikalau aku pergi, aku akan mengutus dia kepadamu”. Jadi syarat agar roh kebenaran itu datang
adalah Yesus Kristus harus pergi. Ketika Yesus Kristus ada, Penghibur itu tak
akan datang. Roh kudus telah ada ketika Yesus ada, jadi bagaimana mungkin
nubuat ini merujuk pada roh kudus, saudaraku? Dapatkah kau membantuku memahami
Alkitab? Ini tidak merujuk pada roh kudus. Ini merujuk pada nabi muhammad. Dan
nubuat ini juga disebutkan dalam perjanjian lama. Dalam kitab Ulangan
18:18, Ulangan 18:19, Yesaya
29:12, Kidung Agung 5:16,
Yohanes 14:16, Yohanes 15:26, Yohanes 16:7, Yohanes 16:12-14. Semua ayat ini membicarakan tentang nabi muhammad. Aku
telah memberikan ceramah tentang nabi muhammad dalam Alkitab. Sekarang aku
bertanya padamu, jika kamu beriman pada Alkitab, ketika Yesus Kristus
menubuatkan kedatangan muhammad, kenapa kamu tidak mempercayai Yesus bahwa nabi
muhammad adalah rasul terakhir? Kenapa? Itu artinya kamu hanya mengimani
setengah ajaran Yesus Kristus, tidak beriman penuh.
( Zakir Naik)
Ketika membangun argumentasi bahwa “Muhammad adalah nabi terakhir”,
Zakir Naik mendasari teorinya dengan menggunakan beberapa ayat dalam Alkitab yang
dia yakini sebagai ayat-ayat yang menubuatkan tentang akan hadirnya seorang
nabi terakhir yang kemudian dikenal sebagai Muhammad. Namun benarkah ayat
tersebut memang ditujukan untuk menubuatkan kedatangan Muhammad sebagai nabi
terakhir? Mari kita bahas satu per satu.
“Dalam
kitab Ulangan 18:18, Ulangan 18:19, Yesaya 29:12, Kidung Agung 5:16, Yohanes
14:16, Yohanes 15:26, Yohanes 16:7, Yohanes 16:12-14. Semua ayat ini membicarakan
tentang nabi Muhammad.”
( Zakir Naik)
Ayat pertama yang akan dibahas adalah Ulangan 18:18-19.
Ulangan
18:18-19
18:18 seorang nabi akan Kubangkitkan bagi
mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh
firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang
Kuperintahkan kepadanya. 18:19 Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku
yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut
pertanggungjawaban.
Dalam konteks umum, Ulangan 18:18-19 merupakan bagian dari Kitab
Ulangan yang berisi khotbah dan pengajaran Musa kepada bangsa Israel ketika
mereka sedang berada di seberang sungai Yordan, di tanah Moab (Ulangan 1:5).
Dalam konteks khusus, Ulangan 18:18-19 merupakan bagian dari perikop Ulangan
18:9-22 yang berisi pengajaran Musa tentang bagaimana seharusnya bangsa Israel
mencari dan menemukan kehendak/keputusan Allah setelah mereka masuk ke dalam
tanah perjanjian (tanah Kanaan). Ulangan 18:9-14 menunjukan cara yang salah
dalam mencari kehendak Allah. Melalui Musa, Allah melarang bangsa Israel untuk
menggunakan jasa peramal, tukang tenung, penyihir dan profesi sejenis lainnya
(yang menggunakan kuasa setan) dalam mencari petunjuk Tuhan. Tindakan tersebut
sangat dilarang dan merupakan kejijikan buat Tuhan. Sebaliknya, melalui Ulangan
18:15-22, Tuhan menyediakan cara atau sarana yang tepat untuk membantu bangsa
Israel dalam menemukan kehendak-Nya, yakni melalui nabi yang akan Allah utus
(bangkitkan).
Dengan demikian, Ulangan 18:18-19 yang dikutip oleh Zakir Naik, adalah
bagian dari janji Allah kepada bangsa Israel yang disampaikan melalui Musa
tentang akan datangnya “seorang nabi” yang akan menjadi juru bicara Allah untuk
menyampaikan firman yang hendak Allah sampaikan kepada bangsa Israel.
Apakah ayat tersebut secara khusus berbicara tentang hadirnya “seorang
(satu orang) nabi”?
Tidak. Ulangan 18:20 dan 18:22 dapat menjadi petunjuk yang jelas. Jika
frasa “seorang nabi” yang tertulis pada ayat 18 dan sebelumnya pada ayat 15
harus dimaknai sebagai “Allah hanya akan membangkitkan satu orang nabi”, maka
makna tersebut akan berlawanan dengan makna frasa “seorang nabi” yang dimaksud
oleh ayat 20 dan 22.
Ulangan
18:18-22
18:18 seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara
mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia
akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. 18:19 Orang
yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi
nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban. 18:20 Tetapi
seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan
demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau
yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati. 18:21 Jika sekiranya
kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak
difirmankan TUHAN? -- 18:22 apabila seorang nabi
berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai,
maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi
itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya."
Jika ada seorang nabi yang terlalu berani mengucapkan perkataan yang
bukan berasal dari Allah (ayat 20), maka akan ada juga seorang nabi yang taat
kepada Allah dan hanya mengucapkan apa yang dikatakan kepadanya. Jika ada
seorang nabi yang berkata demi nama Tuhan dan perkataannya itu tidak terjadi
dan tidak sampai (ayat 22), maka akan ada seorang nabi yang berkata demi nama
Tuhan dan perkataannya terjadi. Jadi “seorang nabi” yang disebut oleh Musa
dalam ayat 18 tidaklah secara spesifik dapat diartikan bahwa hanya akan ada
satu nabi yang dibangkitkan Allah. Sebaliknya, ayat 20 dan 22 menunjukan bahwa
akan ada lebih dari satu nabi yang dibangkitkan oleh Allah.
Jika nabi didefinisikan sebagai manusia yang menjadi juru bicara Allah
maka Alkitab menunjukan bahwa setelah kematian Musa, Allah telah menyampaikan
firman-Nya kepada manusia melalui perantaraan puluhan nabi, antara lain: Yosua,
Debora, Samuel, Daud, Salomo, Ezra, Nehemia, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, Yoel,
Amos, Obaja, Yunus, Mika, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi,
dan nabi-nabi lainnya yang dipakai oleh Allah untuk menyampaikan perintah dan larangan-Nya
kepada manusia. Jika ayat 18 diartikan “Allah akan membangkitkan satu orang
nabi dari antara saudara mereka dan menaruh firman kedalam mulutnya” maka nabi
Yeremia juga memenuhi kriteria itu. Yeremia 1:1 mencatat bahwa Yeremia bin
Hilkia adalah keturunan imam yang berasal dari Anatot, tanah Benyamin (Yeremia
adalah keturunan bangsa Israel, saudara
mereka) sedangkan Yeremia 1:9 mencatat perkataan Tuhan, “sesungguhnya, Aku
menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu (Yeremia)” (sesuai dengan Ulangan
18:18, Aku akan menaruh firman-Ku dalam
mulutnya).
Jadi apakah Ulangan 18:18-19 menunjukan nubuatan spesifik tentang
hadirnya Muhammad sebagai nabi terakhir? Tidak. Sama seperti Yeremia, nabi-nabi
di dalam Alkitab yang telah disebutkan diatas pun dapat mengklaim dirinya
sebagai nabi yang dinubuatkan oleh Ulangan 18:18-19. Mereka adalah keturunan
Israel dan Allah menaruh firman-Nya di dalam mulut mereka untuk disampaikan
kepada bangsa Israel. Dengan demikian, Ulangan 18:18-19 tidak dapat diklaim
sebagai ayat dalam Alkitab yang secara spesifik menubuatkan kedatangan Muhammad
sebagai nabi terakhir.
Ayat berikutnya yang akan dibahas adalah Yesaya 29:12
Yesaya
29:12
dan apabila kitab itu diberikan kepada
seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: "Baiklah baca
ini," maka ia akan menjawab: "Aku tidak dapat membaca."
Sebagai gambaran, Yesaya bin Amos adalah salah seorang nabi Tuhan yang
hidup dalam jaman 4 raja Yehuda (pecahan kerajaan Israel) yakni Uzia, Yotam,
Ahas dan Hizkia (Yesaya 1:1). Dengan demikian, Yesaya merupakan salah satu nabi
yang cukup lama dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan, baik dalam
bentuk khotbah yang berisi perintah maupun larangan Tuhan dan nubuatan tentang
kejadian yang akan menimpa kerajaan Yehuda dan Israel.
Yesaya dipakai oleh Tuhan untuk mengingatkan bangsa Yehuda dan Israel
tentang betapa berdosanya kehidupan mereka pada saat itu. Gambaran tentang
betapa berdosanya umat Tuhan pada saat itu, dituliskan dalam Yesaya 1:2-9,
dimana Yehuda dan Israel disebut sebagai pemberontak, pendosa, keturunan yang
jahat, murtad dan bahkan layak dihukum seperti Sodom dan Gomora (kota yang
dimusnahkan Tuhan dengan hujan belerang dan api karena dosa yang mereka
lakukan). Yesaya ditugaskan untuk menyampaikan nubuatan tentang hukuman yang
akan diberikan oleh Tuhan apabila bangsa tersebut tidak bertobat dan berbalik
kepada Tuhan. Salah satu nubuatan yang disampaikan oleh nabi Yesaya adalah
tentang hukuman yang akan diberikan oleh Tuhan kepada kota Yerusalem (kerajaan Israel)
tertulis dalam Yesaya 29, dan salah satu dari hukuman tersebut disebutkan dalam
Yesaya 29:10-14.
Yesaya
29:10-14
29:10 Sebab TUHAN telah membuat kamu tidur
nyenyak; matamu--yakni para nabi--telah dipejamkan-Nya dan mukamu--yaitu para
pelihat--telah ditudungi-Nya. 29:11 Maka bagimu penglihatan dari semuanya itu
seperti isi sebuah kitab yang termeterai, apabila itu diberikan kepada orang
yang tahu membaca dengan mengatakan: "Baiklah baca ini," maka ia akan
menjawab: "Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai"; 29:12 dan
apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan
mengatakan: "Baiklah baca ini," maka ia akan menjawab: "Aku
tidak dapat membaca." 29:13 Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena
bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya,
padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah
manusia yang dihafalkan, 29:14 maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan
pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat
orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang
arif akan bersembunyi."
Ayat 10 menjelaskan bahwa Tuhan akan menghukum Yerusalem dengan cara membuat mereka tidur nyenyak. Membuat
tidur nyenyak artinya Tuhan menghilangkan kemampuan bangsa Israel untuk
memahami firman Tuhan. Nabi dan pelihat sebagai mata dan muka bangsa Israel (Nabi dan pelihat, sebagai juru bicara
Allah, digambarkan sebagai mata dan muka
karena merekalah yang selama ini selalu menjadi sumber rujukan bangsa Israel
yang mencari kehendak Tuhan) akan dipejamkan dan ditudungi. Dengan memejamkan mata nabi dan menudungi (menutupi) mata pelihat maka
penglihatan/wahyu yang diberikan kepada para nabi dan pelihat tidak akan mampu
dipahami oleh bangsa Israel. Ayat 11 menjelaskan bahwa penglihatan itu kemudian
menjadi seperti sebuah kitab yang termeterai, tidak dapat dipahami. Sehingga apabila itu (penglihatan yang seperti kitab yang termeterai) diberikan kepada
orang yang tahu membaca dengan mengatakan: "Baiklah baca ini," maka
ia akan menjawab: "Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai dan
apabila kitab itu diberikan kepada
seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: "Baiklah baca
ini," maka ia akan menjawab: "Aku tidak dapat membaca."
(ayat 11-12).
Dalam sudut pandang tafsiran harafiah (menginterpretasikan arti dari
sebuah ayat berdasarkan makna tertulis dan dalam kaitan ayat tersebut dengan
ayat sebelum dan sesudah), maka kata “kitab” yang dimaksudkan dalam ayat 11 dan
12 bukanlah merujuk kepada kitab suci, tetapi sebuah penglihatan yang seperti
kitab yang termeterai, yang tersegel, yang tertutup, sehingga jika kitab itu
diberikan baik kepada orang yang bisa membaca ataupun yang tidak bisa membaca,
keduanya akan memberikan respon yang sama: aku tidak dapat membaca. Kitab yang
termeterai adalah lambang dari hukuman yang akan diberikan kepada bangsa
Israel, bahwa pada saat itu akan ada banyak hal (firman) yang Tuhan sampaikan
kepada mereka melalui para nabi, namun firman tersebut tidak akan dapat
dimengerti oleh bangsa Israel. Ketika umat Tuhan tidak lagi mampu untuk
memahami kehendak Tuhan, maka pada saat itulah kehidupan umat Israel akan
semakin rentan untuk terjerumus lebih dalam lagi kedalam kehidupan yang penuh
dosa. Hukuman tersebut juga ditegaskan dalam ayat 14 dimana Tuhan akan
menghilangkan hikmat dari orang yang berhikmat dan kearifan dari orang yang
arif. Artinya, seluruh sarana dan kemampuan bangsa Israel untuk memahami firman
Tuhan akan ditutup oleh Tuhan. Itulah gambaran dari hukuman yang akan diberikan
kepada bangsa Israel. Hukuman Tuhan dalam bentuk menghilangkan kemampuan bangsa
Israel untuk mengerti dan memahami firman Tuhan juga telah dijelaskan dalam
Yesaya 6:9-10.
Yesaya
6:9-10
6:9 Kemudian firman-Nya: "Pergilah,
dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi
mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh,
tetapi menanggap: jangan! 6:10 Buatlah hati
bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya
melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar
dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu
berbalik dan menjadi sembuh."
Jadi berdasarkan sudut pandang tafsiran harafiah, apakah Yesaya 29:12
merupakan ayat dalam Alkitab yang menceritakan tentang kitab/firman Tuhan yang
diberikan kepada orang yang tidak bisa membaca? Tentu jawabannya adalah tidak.
Ayat tersebut adalah bagian dari nubuatan tentang hukuman yang akan diberikan
oleh Tuhan kepada bangsa Israel.
Tapi dalam sudut pandang ayat dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Lama
sebagai nubuatan tentang sesuatu yang akan terjadi di masa depan, maka
sama seperti ayat-ayat dalam Alkitab yang menubuatkan kelahiran dan kehidupan
Yesus Kristus, masih dapat diterima jika Yesaya 29:12 diklaim sebagai ayat
Alkitab yang menubuatkan Muhammad sebagai nabi yang tidak bisa membaca. Tentu
saja peluang bahwa kesamaan tersebut (ayat Yesaya 29:12 dengan kisah Muhammad
sebagai nabi Tuhan yang tidak bisa membaca) hanyalah sebuah kebetulan, juga
masih dapat diterima sebagai kebenaran. Namun apakah ayat tersebut menubuatkan
tentang hadirnya nabi terakhir atau nabi penutup setelah Yesus tentu jawabannya
adalah tidak. Ayat tersebut tidak menjelaskan baik secara harafiah atau secara
nubuatan tentang akan hadirnya nabi terakhir.
Konteks ayat Yesaya 29:10-14 sebagai nubuatan tentang hukuman bagi
bangsa Israel juga diperkuat oleh pernyataan Yesus sendiri dalam kitab Matius
15:1-20. Perikop tersebut menceritakan bahwa Yesus menegur orang Farisi dan
ahli Taurat yang tidak memahami ajaran Allah dalam Hukum Taurat. Yesus
menyamakan kondisi orang Farisi dan ahli Taurat (yang tidak memahami
maksud Hukum Taurat) dengan kondisi
orang Israel di jaman nabi Yesaya. Karena itu, pada Matius 15:8-9, Yesus
mengutip langsung perkataan nabi Yesaya dalam Yesaya 29:14.
Yesaya 29:13-14
29:13 Dan Tuhan telah
berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan
ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.
|
Matius 15: 8-9
5:8 Bangsa ini
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 15:9
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan
ialah perintah manusia."
|
Dengan demikian dapat kita lihat bahwa Yesaya 29:12 tidak sedang berbicara
tentang nubuatan akan hadirnya nabi yang tidak bisa membaca. Ayat tersebut
adalah bagian dari nubuatan nabi Yesaya tentang hukuman yang akan diterima oleh
bangsa Israel atas dosa-dosa mereka.
Setelah membahas dua ayat di Alkitab Perjanjian Lama (PL) yang dikutip
oleh Zakir Naik, maka selanjutnya akan dibahas tentang 4 ayat di Alkitab
Perjanjian Baru (PB) yang dikutip oleh Zakir Naik untuk mendukung klaimnya
bahwa Alkitab sesungguhnya telah menubuatkan kedatangan Muhammad sebagai nabi
terakhir atau nabi penutup (masih ada satu ayat lagi dari Alkitab PL yang
dikutip oleh Zakir Naik, yakni Kidung Agung 5:16, namun ayat tersebut akan dibahas
nanti).
Secara kebetulan, 4 ayat di Alkitab PB yang dikutip oleh Zakir Naik
untuk mendukung kenabian Muhammad diambil dari kitab Yohanes. Oleh karena itu
sangat penting untuk terlebih dulu kita memahami, latar belakang dari kitab
Yohanes: siapa penulisnya, apa yang menjadi latar belakang dan tujuan dari
penulisan kitab. Yohanes adalah salah satu dari 12 murid yang dipilih oleh
Yesus untuk mendukung pelayanan-Nya selama ± 3,5 tahun. Bersama dengan saudara
kandungnya, Yakobus, Yohanes bin Zebedeus dipanggil dan diajak oleh Yesus untuk
menjadi murid-muridnya ketika mereka masih menjadi penjala ikan/nelayan (Matius
5:21, Markus 1:19-20 dan Lukas 6:14). Kitab Yohanes merupakan salah satu dari 4
kitab Injil dalam Perjanjian Baru yang menceritakan tentang pelayanan Yesus
Kristus (nabi Isa Almasih). Namun kitab Yohanes merupakan Injil yang lebih
banyak mengandung aspek pengajaran teologis, dibanding 3 Injil lainnya yang
lebih banyak menceritakan kronologis pelayanan Yesus. Hal ini disebabkan kitab
Yohanes memang memiliki tujuan atau latar belakang penulisan yang berbeda
dibanding 3 kitab Injil yang lain. Situs www.alkitab.sabda.org
menyebutkan bahwa:
Menurut beberapa sumber
kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus,
diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani"
ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat
mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang
Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja
sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang
"kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Kutipan diatas menyebutkan bahwa kitab Yohanes adalah sebuah tulisan
dari rasul Yohanes untuk menyangkal sebuah ajaran sesat dari seseorang yang
bernama Cerinthus, seorang penganut ajaran Gnostikisme. Irenaeus (yang adalah
murid dari Polikarpus dan Polikarpus adalah murid dari Rasul Yohanes) menceritakan
bahwa Cerinthus adalah orang yang hidup pada jaman rasul Yohanes, yang mengajarkan bahwa Allah bukan pencipta
dunia, melainkan kekuatan yang memancar keluar dari-Nya-lah yang menciptakan
dunia, dan bahwa Kristus dilahirkan secara wajar dari hubungan Yusuf dan Maria,
yang pada saat pembabtisan Kristus sejati turun kepada Yesus, dan meninggalkan
Dia ketika penyaliban (http://www.ccel.org/ccel/schaff/anf01.ix.ii.xxvii.html).
Selain latar belakang penulisan kitab Yohanes yang dijelaskan diatas,
tujuan rasul Yohanes menulis kitab tersebut juga ditulis secara jelas dalam Yohanes
20:30-31.
Yohanes
20:30-31
20:30 Memang masih banyak tanda lain yang
dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab
ini, 20:31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya
kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu
memperoleh hidup dalam nama-Nya.
(penjelasan tentang “Mesias” dan
Anak Allah akan dijelaskan pada bagian “Apakah Yesus adalah Tuhan”)
Jadi jika kitab Yohanes yang adalah kitab yang ditujukan untuk
menyangkal ajaran sesat yang berkembang pada saat itu, khususnya ajaran Gnostik
yang diajarkan oleh Cerinthus, sekaligus untuk menjelaskan tentang kepribadian
dan keilahian Yesus (sebagaimana dituliskan dalam Yohanes 1:1-4 dan Yohanes
20:30-31), maka setiap orang yang mengutip ayat-ayat dalam kitab Yohanes untuk
mendukung sebuah teori atau asumsi atau pandangan yang jelas-jelas berbeda
dengan tujuan dan latar belakang penulisan kitab Yohanes, adalah mereka yang
tidak benar-benar memahami kitab Yohanes. Singkatnya, kelompok tersebut hanya
menggunakan sebagian kebenaran dari kitab Yohanes dan mengabaikan atau membuang
sebagian kebenaran dari kitab tersebut karena tidak mendukung teori atau asumsi
atau pandangan yang mereka miliki.
Setelah memahami tujuan dan latar belakang penulisan kitab Yohanes, selanjutnya
akan dibahas 4 ayat dari kitab Yohanes yang digunakan oleh Zakir Naik untuk
menunjukan bahwa kedatangan Muhammad telah dinubuatkan di dalam Alkitab. Zakir
Naik meyakini bahwa yang dimaksud dengan Roh Kudus yang tertulis dalam 4 ayat
di kitab Yohanes tersebut adalah Muhammad.
Ayat pertama dari Alkitab PB yang akan dibahas adalah Yohanes 14:16
Yohanes
14:16
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu
selama-lamanya
Yohanes 14:16 adalah bagian dari percakapan dan pengajaran Tuhan Yesus
kepada murid-murid-Nya yang diawali oleh peristiwa Yesus mencuci kaki
murid-murid-Nya (pengajaran Yesus tentang kerendahan hati) ketika mereka sedang
makan paskah (malam sebelum Yesus disalibkan) sebagaimana dijelaskan pada pasal
sebelumnya dalam Yohanes 13. Selain konteks peristiwa dimana Yohanes 14:16
tersebut diucapkan, para pembaca juga harus membaca Yohanes 14:16 dalam
kaitannya dengan keseluruhan ayat yang terkandung dalam Yohanes 14. Karenanya,
jika mengacu kepada Yohanes 14:1, maka kita akan menemukan alasan yang
melatarbelakangi Yesus untuk memberikan janji akan hadirnya “seorang Penolong”
pada ayat 16. Yesus menyadari peluang timbulnya kegelisahan dalam hati
murid-murid-Nya, yang akan timbul nantinya ketika mereka melihat Yesus yang
disalibkan. Untuk menguatkan rasa percaya dan keyakinan para murid, Yesus
kemudian menginformasikan tentang akan hadirnya “seorang Penolong”. Apakah
“seorang Penolong” tersebut adalah seorang manusia?
Ciri/syarat/kriteria dari “seorang Penolong” tersebut jelas tertulis
dalam Yohanes 14:16, “supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”. Kriteria
selanjutnya disebutkan dalam ayat 17: Ia
adalah Roh Kebenaran, dunia tidak dapat melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi
murid-murid mengenal Dia, sebab Ia menyertai mereka dan akan diam di dalam
mereka. Jika “seorang Penolong” itu adalah seorang manusia, bagaimana bisa
penolong tersebut menyertai mereka selama-lamanya? Bagaimana bisa dunia tidak
dapat melihat dia dan tidak bisa mengenal dia, sementara murid-murid bisa
mengenal dia? dan bagaimana bisa manusia tersebut diam di dalam diri
murid-murid? Jika “seorang penolong” tersebut adalah Muhammad, bagaimana bisa
Yesus berkata bahwa murid-murid mengenal Muhammad yang baru akan lahir ratusan
tahun kemudian? Bagaimana bisa Muhammad menyertai murid-murid sementara
Muhammad sendiri baru akan lahir ratusan tahun kemudian? Jadi apakah mungkin
untuk menyamakan Muhammad dengan Roh Kebenaran yang dijanjikan oleh Yesus
kepada murid-murid-Nya?
Yohanes
15:26
Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari
Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi
tentang Aku.
Yohanes 15:26 sebagai bagian dari Yohanes 15:1-27 masih merupakan
rangkaian dari pesan dan pengajaran Yesus kepada murid-murid setelah mereka
melakukan makan Paskah. Jadi perikop ini masih memiliki kaitan yang erat dengan
Yohanes 13-14. Ayat ini diawali dengan “jikalau Penghibur yang akan kuutus dari
Bapa datang”, yang secara harafiah menunjukan bahwa Yesuslah yang akan mengutus
Penghibur/Roh Kebenaran itu. Yohanes 14:26 juga turut menjelaskan hal yang
sama, bahwa “Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam
nama-Ku”. Pesan ini akan ditegaskan kembali dalam Yohanes 16:7 melalui
perkataan Yesus “Aku akan mengutus Dia (Penghibur) kepadamu”. Jadi Yohanes
15:26 menjelaskan bahwa Yesus memiliki kuasa/otoritas untuk mengutus seorang
Penolong/Roh Kebenaran/Penghibur/Roh Kudus yang akan bersaksi tentang Yesus.
Jadi jika seorang Penolong/Roh Kebenaran/Penghibur/Roh Kudus itu
adalah Muhammad, maka Yohanes 14:26, 15:26 dan 16:7 dapat diartikan sebagai
“Yesus yang akan mengutus Muhammad atau Muhammad diutus oleh Yesus”. Dengan
demikian, konsekuensi dari pemahaman Muhammad sebagai seorang Penolong/Roh Kebenaran/Penghibur/Roh
Kudus adalah Yesus adalah Allah-nya Muhammad. Bukankah seorang rasul adalah
utusan Allah?
Dua ayat berikutnya dalam kitab Yohanes yang dikutip oleh Zakir Naik
adalah Yohanes 16:7 dan Yohanes 16:12-14. Kedua ayat tersebut merupakan bagian
dari perikop Yohanes 16:4-15, sehingga keduanya harus dibaca di dalam
konteksnya dalam perikop Yohanes 16:4-15
Yohanes
16:4-15
16:4 Tetapi semuanya ini Kukatakan
kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah
mengatakannya kepadamu. Hal ini tidak Kukatakan kepadamu dari semula, karena
selama ini Aku masih bersama-sama dengan kamu, 16:5 tetapi sekarang Aku pergi
kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang
bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? 16:6 Tetapi karena Aku mengatakan hal
itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. 16:7 Namun benar yang Kukatakan
ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku
tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku
pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. 16:8 Dan kalau Ia datang, Ia akan
menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; 16:9 akan dosa, karena
mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; 16:10 akan kebenaran, karena Aku pergi
kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; 16:11 akan penghakiman, karena
penguasa dunia ini telah dihukum. 16:12 Masih banyak hal yang harus
Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. 16:13
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam
seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri,
tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia
akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. 16:14 Ia akan memuliakan
Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.
16:15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata:
Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."
Jika kata “Penghibur” yang disebut di dalam Yohanes 16:7 ditujukan
kepada Muhammad, maka ayat tersebut menunjukan bahwa setelah Yesus pergi, maka
Muhammad akan diutus oleh Yesus (Aku akan mengutus Dia/Penghibur) kepadamu),
dan jika dikaitkan lagi dengan ayat 5 maka kesimpulannya adalah Allah mengutus
Yesus dan kemudian Muhammad diutus oleh Yesus.
Selanjutnya jika kata “Roh Kebenaran” dalam ayat 13 ditujukan kepada
Muhammad, maka ayat 14 menjelaskan bahwa Muhammad akan memuliakan Yesus sebab
Muhammad akan memberitakan apa yang diterimanya dari Yesus. Dengan demikian
keseluruhan ayat dalam kitab Yohanes yang dikutip oleh Zakir Naik (untuk
menunjukan bahwa Muhammad adalah Roh Kebenaran yang dijanjikan oleh Yesus
kepada murid-murid-Nya) menunjukan bahwa:
Muhammad diutus oleh Yesus
untuk bersaksi tentang Yesus, memberitakan perkataan Yesus, memimpin manusia
kepada kebenaran, dan semua tugas tersebut ditujukan untuk memuliakan Yesus.
Berdasarkan asas konsistensi, maka jika Zakir Naik mengklaim bahwa Roh
Kebenaran/Penghibur tersebut adalah Muhammad, maka Zakir Naik juga harus
konsisten untuk menerima kesimpulan tersebut.
Bukan hanya itu saja, jika Zakir Naik mengakui Yohanes 16:12-14
sebagai sebuah kebenaran tentang Muhammad maka dia pun harus mengakui kebenaran
ayat selanjutnya (ayat 15) yang merupakan pernyataan Yesus: sebab segala sesuatu yang Bapa punya, adalah
Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang
diterimanya dari pada-Ku. Yesus sendiri mengajarkan kepada murid-murid
bahwa apa yang dimiliki oleh Allah adalah juga kepunyaan Yesus, termasuk berita
yang akan diberikan kepada Muhammad. Jika Yesus adalah utusan Allah layaknya
Muhammad, yang adalah manusia biasa, apakah Dia berani membuat statement
tersebut? (Pembahasan lebih dalam akan dijelaskan pada bagian berikutnya).
Jadi apakah Roh Kudus yang dibicarakan oleh Yesus Kristus adalah nabi
Muhammad? Tentu jawabannya adalah tidak. Kenapa? Karena jika Zakir Naik
menerima ayat Alkitab tentang Roh Kudus yang tertulis dalam kitab Yohanes,
mengapa Zakir Naik melupakan atau mengabaikan ayat Alkitab tentang Roh Kudus
yang tertulis dalam kitab Kisah Para Rasul?
Kisah
Para Rasul 2:1-4
2:1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua
orang percaya berkumpul di satu tempat. 2:2 Tiba-tiba turunlah dari langit
suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana
mereka duduk; 2:3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api
yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 2:4 Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain,
seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Janji Yesus tentang kedatangan Roh Kudus (setelah kebangkitan dan
kenaikan Yesus ke surga) bahkan telah digenapi jauh sebelum kelahiran nabi
Muhammad. Jadi haruskah kita mempercayai ajaran Zakir Naik yang menyamakan Roh
Kudus dengan nabi Muhammad?
Selain mengutip ayat Alkitab, Zakir Naik menyampaikan sebuah argumen untuk
membuktikan bahwa Roh Kudus adalah nabi Muhammad:
Roh
kudus sudah ada sebelum Yesus Kristus datang, roh kudus juga ada selama Yesus
Kristus ada, dia telah ada di rahim Elizabeth, dia ada ketika Yesus dibaptis,
jadi bagaimana mungkin penolong itu adalah roh kudus? Yesus Kristus berkata:
“sebab jikalau aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu,
tetapi jikalau aku pergi, aku akan mengutus dia kepadamu”. Jadi syarat agar roh kebenaran itu datang
adalah Yesus Kristus harus pergi. Ketika Yesus Kristus ada, Penghibur itu tak
akan datang. Roh kudus telah ada ketika Yesus ada, jadi bagaimana mungkin
nubuat ini merujuk pada roh kudus, saudaraku? Dapatkah kau membantuku memahami
Alkitab? Ini tidak merujuk pada roh kudus. Ini merujuk pada nabi Muhammad.
(Zakir Naik)
Apakah Roh Kudus sudah ada sebelum Yesus Kristus datang? Benar. Salah
satu ayat yang mendukung pernyataan tersebut adalah Hakim-hakim 6:34.
Hakim-hakim
6:34
6:34 Pada waktu itu Roh TUHAN menguasai
Gideon; ditiupnyalah sangkakala dan orang-orang Abiezer dikerahkan untuk
mengikuti dia.
Apakah Roh Kudus ada selama Yesus Kristus ada, Roh Kudus telah ada di
rahim Elizabeth (ibu Yohanes Pembaptis), Roh Kudus ada ketika Yesus dibaptis?
Benar. Kedua ayat di bawah ini mendukung pernyataan tersebut.
Lukas
1:41
1:41 Dan ketika Elisabet mendengar salam
Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan
Roh Kudus.
Lukas
3:21-22
3:21 Ketika seluruh orang banyak itu telah
dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit
3:22 dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan
terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Mulah Aku berkenan."
Jadi jika semua pernyataan Zakir Naik benar, maka “bagaimana mungkin
penolong itu adalah roh kudus?” jika Roh Kudus itu sudah ada bahkan
jauh sebelum kelahiran Yesus?
Memang benar Roh Kudus telah ada sebelum kedatangan Yesus dan bahkan Roh
Kudus ada pada saat Yesus mengerjakan pelayanan-Nya di dunia. Tidak ada orang
Kristen yang menyangkali hal itu. Namun yang perlu diperhatikan adalah Roh
Kudus yang dijanjikan oleh Yesus memiliki tugas atau fungsi yang lebih besar dibandingkan
apa yang Roh Kudus kerjakan sebelumnya. Jika sebelumnya Roh Kudus berfungsi
untuk memberikan hikmat dan kekuatan bagi nabi Allah, hakim dan raja-raja
Israel maka setelah kenaikan Yesus ke surga, Roh Kudus akan menjalankan fungsi:
Pertama, mengajarkan segala sesuatu kepadamu
dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Ku-katakan kepadamu (Yohanes
14: 26). Kedua, Roh Kudus akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan
penghakiman (Yohanes 16:9). Bukankah kedua tugas atau fungsi tersebut
adalah apa yang dikerjakan oleh Yesus? Jika Yesus masih ada di dunia dan
mengerjakan fungsi tersebut, maka bukankah kedatangan Roh Kudus untuk
melaksanakan tugas yang sama belum diperlukan? Tentu sampai disini akan ada
pertanyaan: kenapa Yesus dan Roh Kudus tidak menjalankan tugas tersebut secara
bersama-sama? Bukankah hal itu jauh lebih baik? Jawabannya adalah karena
pekerjaan Roh Kudus untuk mengajarkan segala sesuatu, mengingatkan apa yang
Yesus katakan dan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman baru
bisa dilaksanakan setelah Yesus menyelesaikan tugas utama-Nya ketika datang ke
dalam dunia: yaitu untuk mati di kayu salib demi menebus dosa umat manusia.
Itulah sesungguhnya pekerjaan utama yang dikerjakan oleh Roh Kudus setelah
Yesus naik ke surga. Membuka hati manusia berdosa untuk menyadari bahwa
seberapa besar atau seberapa banyak pun perbuatan baik yang manusia lakukan,
tidak akan mampu menghapus semua dosa yang telah dilakukan. Kematian Yesus di
kayu salib adalah lambang dari keadilan Allah (bahwa dosa harus dihukum) dan kasih
Allah (bahwa Allah tetap mengasihi manusia sekalipun mereka berdosa). Benar
bahwa Allah mengasihi manusia meskipun berdosa. Benar bahwa Allah mau dan
sanggup mengampuni dosa manusia. Namun ingatlah bahwa Allah adalah Maha Adil, Allah
yang telah menetapkan bahwa “dosa harus dihukum”. Kematian Yesus di kayu salib
adalah solusi/jalan keluar bagi: dosa yang tidak dapat dibayar atau diganti
dengan perbuatan baik manusia, dan kematian/maut yang telah Allah tetapkan
sebagai upah dosa. Di kayu salib, Yesus menanggung hukuman kematian yang harus
diterima oleh semua manusia yang sudah berdosa, yang selayaknya dihukum mati.
Yesus mati untuk semua orang tanpa terkecuali. Di kayu salib, Yesus menampilkan
Allah yang Maha Kasih yang di satu sisi menginginkan dosa dihukum, namun di
sisi lain tidak menginginkan manusia dihukum karena kasih dan sayang-Nya kepada
manusia.
Perjalanan kehidupan Yesus di dunia, mulai dari kelahiran sampai
dengan kematian di kayu salib adalah bagian dari rencana Allah yang Maha Kudus Maha
Adil Maha Benar Maha Kasih untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Inilah
yang menjadi tugas utama Roh Kudus yang dijanjikan kedatangannya oleh Yesus
setelah naik ke surga. Tanpa pekerjaan Roh Kudus, manusia berdosa tidak akan
mampu memahami bahwa perbuatan baik tidak akan pernah cukup untuk menghapus
dosa manusia. Tanpa pekerjaan Roh Kudus maka manusia berdosa tidak akan mampu
memahami kenapa harus ada darah yang dicurahkan di kayu salib untuk menebus
dosa manusia. Tanpa pekerjaan Roh Kudus maka manusia berdosa tidak akan mampu
melihat karya pelayanan Yesus di dunia sebagai bagian dari rencana penyelamatan
umat manusia dari kuasa maut. Tanpa pekerjaan Roh Kudus maka manusia berdosa
tidak akan mampu melihat kematian Yesus di kayu salib sebagai tempat
bertemunya: penghukuman, pengampunan, keadilan dan kasih Allah.
Jadi apakah anda sepakat dengan Zakir Naik yang menyamakan Muhammad
dengan Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus Kristus?
Ayat terakhir yang dikutip Zakir Naik untuk mendukung klaim beliau
tentang nubuatan nabi Muhammad di dalam Alkitab adalah Kidung Agung 5:16.
Kidung
Agung 5:16
Kata-katanya manis semata-mata, segala
sesuatu padanya menarik. Demikianlah kekasihku, demikianlah temanku, hai
puteri-puteri Yerusalem
Ketika mengucapkan ayat ini, Zakir Naik bahkan mengutipnya langsung
dari bahasa aslinya (Ibrani) untuk menunjukan bahwa Kitab Perjanjian Lama telah
menyebutkan nama Muhammad. Dalam bahasa Ibrani, Kidung Agung 5:16 berbunyi:
ḥik-kōw mam-ṯaq-qîm wə-ḵul-lōw ma-ḥă-mad-dîm; zeh ḏō-w-ḏî wə-zeh
rê-‘î, bə-nō-wṯ yə-rū-šā-lim.
Tanpa diragukan lagi, nama Muhammad dengan jelas disebutkan dalam ayat
tersebut ketika dibacakan dalam bahasa aslinya oleh Zakir Naik.
Oleh karena itu, Zakir Naik dapat meyakinkan setiap orang yang hadir
pada saat itu dan juga mereka yang menyaksikan video khotbahnya, bahwa
kedatangan Muhammad telah dinubuatkan oleh Alkitab. Untuk melihat tulisan
Kidung Agung 5:16 dalam bahasa Ibrani dan terjemahan per kata dari ayat
tersebut, teman-teman dapat mengklik link berikut:
Setelah melihat link tersebut tentunya kita akan semakin yakin bahwa
apa yang disampaikan Zakir Naik adalah benar, nama Muhammad memang dicantumkan
dalam kitab Kidung Agung. Oleh karena itu, dengan menggunakan dasar berpikir
Zakir Naik, maka Kidung Agung 5:16 akan kita yakini sebagai ayat Alkitab yang
menubuatkan keindahan dan keagungan sebagai sifat dari Muhammad.
Namun yang perlu kita perhatikan adalah, kata ma·ḥă·mad·dîm (מַחֲמַדִּ֑ים)
dan kata yang sejenis dengan kata tersebut muncul sebanyak 12 kali di dalam
Alkitab, salah satunya adalah di dalam 2 Tawarikh 36:19. Jika kita melihat
bahasa Ibrani dari ayat tersebut, http://biblehub.com/interlinear/2_chronicles/36-19.htm,
maka kita akan menemukan kata ma·ḥă·mad·de·hā (מַחֲמַדֶּ֖יהָ). Tentu
dengan sendirinya kita akan menyimpulkan bahwa sekali lagi telah ditunjukan
bahwa nama Muhammad disebutkan di dalam Alkitab. Namun jika kita konsisten
menggunakan cara berpikir Zakir Naik yang menyatakan bahwa pencantuman kata ma·ḥă·mad·dîm
dan ma·ḥă·mad·de·hā adalah merujuk kepada nama Muhammad dan
sekaligus menubuatkan tentang Muhammad, maka ayat 2 Tawarikh 36:19 harus kita
yakini sebagai nubuatan tentang Muhammad yang akan dibakar dan dimusnahkan.
2
Tawarikh 36:19
Mereka membakar rumah Allah, merobohkan
tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu dengan api, sehingga
musnahlah segala perabotannya yang indah-indah (ma·ḥă·mad·de·hā)
Dengan demikian, ke-12 ayat dalam Alkitab Perjanjian Lama
yang memuat nama Muhammad (sesuai pola pikir Zakir Naik) telah menubuatkan
kisah hidup Muhammad sebagai berikut:
Kidung Agung 5:16 (Muhammad adalah seorang
manusia yang menarik dan manis tutur katanya)
1 Raja-raja 20:6 (Muhammad akan
dijarah dari rumahnya)
2 Tawarikh 36:19 (Muhammad akan
dibakar dan dimusnahkan)
Yesaya 64:11 (Muhammad akan menjadi
reruntuhan)
Ratapan 1:10 (Musuh akan
mengulurkan tangan kepada Muhammad)
Ratapan 2:4 (Muhammad akan dibunuh)
Yehezkiel 24:16 (Muhammad akan
diambil oleh Tuhan)
Yehezkiel 24:21 (Muhammad akan
dinajiskan oleh Tuhan)
Yehezkiel 24:25 (Tuhan akan
mengambil Muhammad)
Hosea 9:6 (Muhammad akan ditutupi
oleh rumput)
Hose 9:16 (Tuhan akan mematikan
Muhammad)
Yoel 3:5 (Muhammad akan diambil
dari Tuhan)
Jadi, apakah benar pencantuman kata ma·ḥă·mad·dîm atau ma·ḥă·mad·de·hā
dan kata sejenis lainnya adalah merujuk kepada nama Muhammad? Tentu jawabannya
adalah tidak. Kecuali Zakir Naik dan mereka yang percaya kepada ajarannya mau
menerima ayat-ayat lain (yang memuat kata ma·ḥă·mad)
selain Kidung Agung 5:16. Kata ma·ḥă·mad merupakan kata bahasa Ibrani
yang hanya menggambarkan sesuatu yang indah dan berharga dan sama sekali tidak
ditujukan kepada nama dari seorang manusia, seorang raja atau seorang nabi. Namun
sah-sah saja jika kata tersebut kemudian digunakan sebagai nama orang untuk
merefleksikan doa dan harapan agar dia yang menyandang nama tersebut akan
senantiasa memiliki sifat dan perbuatan yang indah.
Jadi aku
sebagai orang yang beriman dan cinta kepada Yesus Kristus, aku lebih Kristen
daripada orang Kristen sendiri. Jika Kristen berarti mengikuti ajaran Yesus
Kristus maka aku lebih Kristen daripada umat Kristen sendiri.
Aku
telah memberikan ceramah tentang nabi Muhammad dalam Alkitab. Sekarang aku
bertanya padamu, jika kamu beriman pada Alkitab, ketika Yesus Kristus
menubuatkan kedatangan muhammad, kenapa kamu tidak mempercayai Yesus bahwa nabi
muhammad adalah rasul terakhir? Kenapa? Itu artinya kamu hanya mengimani
setengah ajaran Yesus Kristus, tidak beriman penuh.
(Zakir Naik)
Saya telah menunjukan bahwa argumen Zakir Naik tentang nubuatan
kedatangan Muhammad tidak lebih dari sebuah “salah tafsir”. Saya telah membuktikan
bahwa Yesus sama sekali tidak menubuatkan tentang kedatangan Muhammad. Jadi
haruskah kita mempercayai Zakir Naik yang meyakini bahwa Yesus-lah yang
mengajar tentang Muhammad sebagai rasul terakhir? Bukankah seharusnya kita
melihat bahwa Zakir Naik hanya mengimani setengah ajaran Yesus Kristus dan
tidak beriman penuh? Jika Zakir Naik (atau orang lain) masih tetap berupaya
untuk membuktikan bahwa kedatangan nabi Muhammad telah tertulis di dalam
Alkitab, saya sangat menyarankan untuk menggunakan ayat Alkitab lain selain
ayat yang telah dia sampaikan dalam video tersebut.
(bersambung ke bagian 2 "Apakah Yesus adalah Tuhan?")